Dakwah Penuh Hikmah, Cara Santun Menyampaikan Islam di Media Sosial
Oleh : Oktafian Baharudin (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UNIMMA)

Di era digital ini, media sosial telah menjadi ruang besar untuk berbagi informasi, termasuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Namun, menyampaikan dakwah di platform ini memerlukan pendekatan yang penuh hikmah sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an.
Apa itu Hikmah?
Kata hikmah dalam Islam memiliki arti yang sangat luas. Secara bahasa, hikmah berasal dari kata hakama, yang berarti kebijaksanaan, pengendalian, atau ketepatan. Dalam konteks dakwah, hikmah merujuk pada kemampuan untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar, tepat, dan sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah yang akan didakwahi.
Para ulama memberikan pandangan yang mendalam tentang hikmah:
1. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa hikmah berarti ilmu yang bermanfaat, disertai amal yang saleh. Beliau menegaskan bahwa dakwah dengan hikmah adalah menyampaikan kebenaran berdasarkan ilmu yang jelas dan argumentasi yang kuat.
2. Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa hikmah adalah perkataan yang benar dan tepat sasaran, disampaikan dengan cara yang lembut dan bijaksana. Menurutnya, hikmah menuntut seseorang untuk memahami kondisi orang yang diajak bicara.
3. Imam Asy-Syaukani dalam tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa hikmah juga mencakup kebijaksanaan dalam memilih metode dakwah, sehingga dapat menyentuh hati orang yang mendengarnya.
Dalil utama yang menjelaskan konsep hikmah ini adalah firman Allah SWT:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Prinsip Dakwah Penuh Hikmah di Media Sosial
Berpegang pada konsep hikmah, berikut beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam berdakwah di dunia maya:
Memahami Audiens
Setiap platform media sosial memiliki karakteristik pengguna yang berbeda. Maka, sebagai seorang Da’i hendaknya ia benar benar memahami betul bagaimana karakteristik pengguna media sosial tersebut. Supaya Ilmu yang akan disampaikan bisa dipahami dan dimengerti oleh audiens. Jadi, dakwah dengan Hikmah bisa menjadi relevan dan mudah diterima. Abdullah Bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu menyampaikan:
ما أنْتَ بمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لا تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ، إلَّا كانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً
“Tidaklah Engkau berbicara dengan suatu kaum dengan suatu perkataan yang tidak bisa digapai oleh akal mereka, kecuali akan menjadi fitnah (kesesatan) bagi sebagian mereka” (HR. Muslim dalam Muqaddimah-nya [hal. 5]).
Dan juga, Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata :
حَدِّثُوا النَّاسَ، بما يَعْرِفُونَ أتُحِبُّونَ أنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ ورَسولُهُ
“Bicaralah kepada orang lain sesuai dengan apa yang mereka pahami. Apakah Engkau ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari no. 127).
Tentu, harapan kita berdakwah adalah audiens menjadi tambah ilmu-nya dan menjadi jalan pelantara hidayah Allah datang kepadanya. Maka dari itu, dengan bil hikmah ini audiens pun akan merasa nyaman untuk menyambut hidayah dari Allah dan tidak membuat fitnah yang akan memperkeruh.
2. Menyampaikan dengan Bahasa yang Lembut
Dalam berdakwah, kelembutan adalah kunci utama. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk berbicara lembut kepada Fir’aun:
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia sadar atau takut.” (QS. Thaha: 44)
Ini mengandung pelajaran yang agung, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang yang sangat membangkang dan sombong, dan nabi Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu. Nabi Musa diperintahkan agar dalam menyampaikan risalahNya kepada Fir’aun dengan lemah lembut dan santun.
Jadi, supaya pesan dakwah tersampaikan dengan baik, seorang da’i selayaknya menyampaikannya dengan penuh kelembutan (layyinan), tidak dengan cara yang keras, memaksa, apalagi kasar. Dekati audiens dengan cara yang baik, panggil ia dengan nama yang ia sukai, perlakukan dengan penuh sopan, buat ia terpikat, sehingga apa yang disampaikan pun dapat menyentuh hatinya.
3. Hindari Perdebatan yang Tidak Perlu
Media sosial sering menjadi tempat perdebatan sengit. Namun, Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Dari Abi Umamah berkata : Rasulullah SAW bersabda : Aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan, meskipun ia berada di pihak yang benar, Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bersifat gurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.” (HR. Abu Dawud)
Sebagai pengguna media sosial yang bijak dan bahkan akan berdakwah di dalamnya. Perlu untuk benar benar menjauhkan diri dari debat, karena hanya akan menguras energi dan membuat permusuhan bahkan akan mengundang fitnah. Sekalipun kita menyakini bahwa apa yang kita sampaikan benar, tinggalkanlah debat kusir.
4. Mencontohkan Akhlak Mulia
Sebagian kalangan masih menganggap dakwah hanya berbentuk penyampaian materi secara lisan. Padahal sebenarnya dakwah meliputi aspek lainnya juga; semisal praktek nyata, memberi contoh amalan, dan akhlak mulia, atau yang lazim dikenal dengan dakwah bil hâl. Bahkan justru yang terakhir inilah yang lebih berat dibanding dakwah dengan lisan dan lebih mengena sasaran.
Dakwah melalui tindakan bisa membuat masyarakat mempunyai qudwah hasanah (potret keteladanan) di tengah masyarakat, yang tugasnya adalah menerjemahkan teori-teori kebaikan dalam amaliah nyata, sehingga teori tersebut tidak selalu hanya terlukis dalam lembaran-lembaran kertas. Dan kita tau bersama bahwa akhlak mulia adalah wujud nyata dari ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
5. Kreativitas dalam Menyentuh Hati
Konten kreatif seperti video singkat, infografik, atau kisah inspiratif dapat menjadi cara efektif untuk menyampaikan pesan Islam. Allah SWT sendiri menggunakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an untuk mengajarkan hikmah kepada manusia. Dan dakwah itu adalah seni, seni menyampaikan pesa dengan cara yang indah, menyentuh dan membawa perubahan. Apalagi ketika pesan tersebut dikemas dengan menarik, menyenyuh hati, dan bisa menjadikan objek dakwah tercerahkan dan nyaman akan kreativitas yang tentunya positif.
Kesimpulan
Dakwah yang hikmah di era media sosial adalah dakwah yang bijak, lembut, dan penuh kreativitas. Dengan meneladani Rasulullah SAW dan memegang prinsip-prinsip dakwah dalam Al-Qur’an, kita dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mendekat kepada Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)