Bertabayunlah, Karena Katanya Belum Tentu Faktanya
Oleh: Alfian Tasqi Ridiawan (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMPP)

Dewasa ini, perkembangan teknologi dan penyebaran informasi amat sangat pesat. Setiap hari, kita dibombardir dengan banyak informasi dan sering kali informasi itu belum jelas asal usulnya, serta isinya belum tentu valid dan benar. Sekarang banyak sekali berita ataupun informasi yang beredar di Whatsapp grup, Facebook, dan media sosial lainnya, bahkan dalam sehari puluhan bahkan ratusan berita beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya. Dan anehnya, kebanyakan dari kita mudah menerima informasi tersebut tanpa mengoreksi terlebih dahulu kebenaran dari informasi itu.
Padahal Allah SWT sudah memberikan perintah untuk menyeleksi sebuah berita atau infomasi yang kita terima, Allah SWT berfirman dalam surah al hujurat ayat 6:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS.Al-Hujurat ayat 6)
Dalam ayat tersebut Allah memerintah kita untuk bertabayyun, yaitu menyeleksi informasi atau berita dengan melakukan check dan recheck, memverifikasi, dan mencari tahu kebenaran dari informasi tersebut.
Tabayyun (تَبَيُّن) dalam bahasa Arab berarti mencari kejelasan, meneliti, atau memastikan suatu informasi sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Dalam konteks Islam, tabayyun adalah sikap hati-hati dalam menerima berita, terutama jika datang dari sumber yang tidak terpercaya, agar tidak terjadi fitnah atau kesalahpahaman yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Menurut para ahli tafsir seperti Ibnu Katsir dan As-Suyuthi, ayat ini turun terkait dengan peristiwa yang melibatkan Al-Walid bin Uqbah, seorang sahabat yang diutus oleh Rasulullah ﷺ untuk mengumpulkan zakat dari Bani Musthaliq yang sebelumnya telah masuk Islam dan berkomitmen untuk membayarkan zakat mereka kepada Rasulullah.
Ketika mendekati perkampungan Bani Musthaliq, Al-Walid merasa takut karena sebelumnya di masa jahiliyah ia memiliki permusuhan dengan mereka. Tanpa memastikan lebih lanjut, ia kembali ke Madinah dan melaporkan kepada Rasulullah ﷺ bahwa Bani Musthaliq menolak membayar zakat dan bahkan ingin menyerangnya. Mendengar laporan tersebut, Rasulullah ﷺ bersiap untuk mengirim pasukan guna menghadapi mereka. Namun, sebelum bertindak lebih jauh, Rasulullah mengutus seorang utusan lain untuk memverifikasi kebenaran informasi tersebut.
Setelah dilakukan pengecekan, ternyata laporan Al-Walid tidak benar. Bani Musthaliq tetap setia pada Islam dan justru sedang menunggu kedatangan utusan Rasulullah untuk menyerahkan zakat mereka.
Tanpa kita sadari, ada bukti empiris yang dapat menjelaskan tafsir atau makna dari Quran surat Al-Hujurat ayat 6 tersebut, dimana Allah menciptakan salah satu anggota badan kita yang mendukung untuk bersikap tabayyun. Yaitu ada pada telinga kita, Allah menciptakan telinga manusia satu di kanan dan satu di kiri, yang artinya ketika menerima sebuah informasi dari telinga sebelah kanan maka kita juga harus mau menerima informasi dari telinga sebelah kiri. Yang nantinya informasi tersebut akan diproses oleh akal fikiran dan hati kita sehingga menghasilkan keputusan yang bijak, adil dan tidak melanggar syariat islam.
Maka penting bagi orang yang beriman harus senantiasa menerapkan sikap tabayyun terhadap sebuah informasi yang didapat. Adapun tabayun dapat dilakukan dalam dua hal.
Pertama, tabayun dilakukan pada pembawa berita. Perlu dicari informasinya apakah pembawa berita itu bisa dipercaya atau tidak. Apakah orang tersebut adalah orang yang jujur atau biasa berkata bohong.
Kedua, tabayun pada isi berita, apakah isi dari berita atau informasinya benar atau tidak. Jika ragu terhadap suatu informasi, sebaiknya bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan atau otoritas dalam bidang tersebut. Dalam Islam, Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk bertanya kepada ahlinya jika kita tidak mengetahui sesuatu, sebagaimana dalam firman Allah:
فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Banyak sekali manfaat yang didapat ketika mengamalkan sikap tabayyun ini. Misalnya ketika informasi itu berhubungan dengan pribadi atau privasi seseorang, kita tidak akan tergesa-gesa menyebarkan informasi yang belum pasti kebenarannya. Kita akan mencari tahu dari berbagai sumber mengenai informasi tersebut, maka secara tidak langsung sudah menutup aib orang tersebut. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat.”. (HR. Muslim)
Dan kita juga tidak akan mudah diadu-domba oleh pihak-pihak tertentu yang menyebarkan informasi yang belum jelas asal-usulnya, atau berita provokasi yang dapat memecah belah umat.
Tabayyun adalah prinsip penting dalam Islam yang mengajarkan kehati-hatian dalam menerima dan menyebarkan informasi. Dengan menerapkan tabayyun, kita dapat menjaga diri dari kesalahan dan kerugian akibat informasi yang tidak benar. Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita menjadikan tabayyun sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari agar terhindar dari fitnah dan perpecahan di masyarakat dan akan membuka wawasan kita dalam berpikir, bertindak dalam menentukan keputusan.