Artikel

Mengatasi Krisis Spiritual di Zaman Modern: Kembali ke Nilai-Nilai Islam

Oleh : Oktafian Baharudin ( Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UNIMMA) 

Di tengah gemerlap modernitas, banyak orang merasakan kehampaan yang sulit dijelaskan. Krisis spiritual menjadi fenomena yang kian nyata, ditandai dengan meningkatnya stres, depresi, dan hilangnya makna hidup. Dalam peradaban yang bergerak begitu cepat, manusia sering terjebak dalam rutinitas materialistis, sehingga melupakan aspek spiritual yang menjadi inti keberadaan mereka. Dalam konteks ini, Islam menawarkan solusi yang tak lekang oleh waktu: kembali kepada nilai-nilai Ilahiyah.

• Identifikasi Akar Masalah

Krisis spiritual sering berakar dari kehidupan yang terlalu berorientasi pada dunia. Kesibukan mengejar karier, harta, dan status sosial seringkali membuat manusia lupa untuk bertanya: Apa tujuan hidup sebenarnya?

Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini menegaskan bahwa inti dari kehidupan adalah ibadah, yang tidak hanya terbatas pada ritual formal, tetapi juga mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan dengan niat mencari ridha Allah.

• Menghidupkan Kembali Hubungan dengan Allah

Islam menawarkan solusi melalui ibadah yang mendalam dan konsisten. Shalat, misalnya, bukan sekadar kewajiban, tetapi sebuah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Penciptanya. Dalam setiap sujud, ada kesempatan untuk melepaskan beban duniawi dan menyerahkan segala urusan kepada Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي مُوسَى   قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ.

Dari Abu Musa Al Asy’ari. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda :  “Persamaan seseorang yang mengingat Tuhannya dan seseorang yang tidak mengingatnya adalah seperti orang hidup dan mati.” (HR. Bukhari)

Dzikir dan doa juga menjadi sarana untuk mengisi kekosongan spiritual, mengingatkan manusia bahwa mereka tidak pernah sendirian.

• Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat

Salah satu keindahan Islam adalah konsep wasathiyah atau keseimbangan. Dalam QS. Al-Baqarah: 143 ,

 

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ

“ Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…..”

umat Islam disebut sebagai umat yang tengah-tengah, yaitu tidak condong sepenuhnya pada dunia, tetapi juga tidak melupakan akhirat.

Islam mengajarkan bahwa bekerja, belajar, dan berkeluarga adalah ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar. Dengan demikian, keseimbangan antara kebutuhan fisik, mental, dan spiritual menjadi kunci untuk mengatasi krisis ini.

• Menguatkan Hubungan Sosial

Krisis spiritual sering diperparah oleh isolasi sosial. Padahal, Islam sangat menekankan pentingnya silaturahmi, tolong-menolong, dan kepedulian terhadap sesama. Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan mempererat hubungan dengan keluarga, sahabat, dan masyarakat, manusia dapat menemukan kembali makna hidup melalui kebersamaan dan kasih sayang.

• Mengurangi Ketergantungan pada Dunia Digital

Salah satu tantangan modern adalah dominasi dunia digital yang sering kali mengganggu ketenangan batin. Media sosial, meskipun bermanfaat, juga bisa menjadi sumber perbandingan, iri hati, dan kelelahan mental.

Islam mengajarkan prinsip tawazun (kesederhanaan) dalam segala hal, termasuk penggunaan teknologi. Dengan membatasi waktu di dunia maya dan menggantinya dengan aktivitas yang mendekatkan diri kepada Allah, seperti membaca Al-Qur’an atau menghadiri majelis ilmu, seseorang bisa menemukan kembali ketenangan yang hilang.

• Kesimpulan

Mengatasi krisis spiritual di zaman modern memerlukan kesadaran untuk kembali kepada nilai-nilai Islam yang menekankan hubungan yang kuat dengan Allah, keseimbangan hidup, dan kepedulian terhadap sesama. Islam bukan sekadar agama, tetapi panduan hidup yang sempurna, memberikan solusi atas setiap permasalahan manusia.

Hanya dengan kembali kepada fitrah sebagai hamba Allah, kita dapat menemukan kebahagiaan sejati yang tidak tergantung pada dunia, melainkan pada kedekatan dengan Sang Pencipta.

Apa pun krisis yang dihadapi, jawabannya selalu ada pada Islam. Bukankah Allah telah berjanji?

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ

“….Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button