Mengapa Kematian Dihormati dalam Islam?
Oleh : Oktafian Baharudin (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah di UNIMMA)

Kematian merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari bagi setiap makhluk hidup. Dalam ajaran Islam, kematian tidak semata-mata dianggap sebagai sesuatu yang membuat ruh atau jiwa kita terpisah dari raganya saja, namun juga dianggap sebagai jalan masuk menuju akhirat. Dalam Al-Qur’an dan sabda Nabi, perlunya memahami bahwa meninggal dunia itu pasti dan jangan sampai terlalu membuat kita takut. Artikel ini akan menjelaskan mengapa kematian mendapat penghormatan dalam perspektif Islam, didukung oleh Ayat-Ayat Alquran dan Sabda(Sunnah) Nabi Muhammad SAW.
1. Kematian sebagaiTakdir Allah yang Pasti
Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa setiap makhluk pasti akan merasakan kematian. Sebagaimana Allah firmankan dalam Surat Al Ankabut ayat 57.:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
*“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan. “* (QS. Al-Ankabut: 57).
Dari ayat ini kita bisa hikmah bahwa Kematian adalah sesuatu yang pasti dan merupakan bagian daripada Qadha’ dan Qodarnya Allah . Oleh karena itu, jangan sampai kita menganggap kematian adalah sesuatu yang hina. sebaliknya, kematian merupakan sunnatullah yang memang akan dirasakan oleh makluk ciptaannya yang diberi nyawa.
2. Kematian Sebagai Awal Kehidupan Baru
Dalam Kaca mata Islam,Kematian bukanlah akhir dari segalanya. Tetapi, menjadi Pintu gerbang pertama perjalanan kita menuju akhirat yang kekal nan abadi. Untuk itu sebaiknya kita persiapkan kematian kita agar ketika ia menghampiri maka kita meninggal dalam keadaan bertaqwa, karena dunia hanya sesaat dan merupakan permainan dan penuh dengan tipu daya sebagai ujian bagi Hamba Allah yang beriman. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
*“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau. Dan sungguh, kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti? “* (QS. Al-An’am: 32).
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwasanya dunia itu sifatnya sementara, sedangkan kehidupan di akhirat adalah tujuan yang harus menjadi prioritas bagi setiap muslim yang bertaqwa. Kematian adalah jembatan antara alam dunia dan alam akhirat.
3. Kematian Sebagai Ujian dan Penutup Amal
Hakikat kematian adalah sebagai ujian besar bagi umat manusia bukan hanya sebatas orang orang yang beriman saja, dan juga ujian bagi yang meninggal dan juga keluarga yang ditinggalkan. Allah berfirman:
ࣙالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
*“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun. “* (QS. Al-Mulk: 2).
Ayat ini menunjukkan bahwa kematian merupakan bagian dari ujian Allah sebagai penilaian siapa yang lebih baik amalnya, begitupun sebaliknya. Bila seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik), maka kematiannya menjadi simbol kemuliaan di sisi Allah. Tetapi jika sebaliknya su’ul khatimah ( Akhir yang buruk). Maka kematiannya bisa menjadi simbol kehinaan. Dan juga ayat ini menegaskan kuasa Allah itu mutlak, ketika kematian sudah di takdirkan maka hamba tidak bisa menundanya. Dan jika memang belum ditakdirkan maka hamba juga tidak bisa mempercepatnya, oleh sebab itu, kita sebagai hambanya sebaiknya sering sering bertaubat dan beristighfar. Semoga dengan seringnya kita bertaubat dan beristighfar kita dimasukkan kedalam golongan yang husnul khotimah, aamiin aamiin ya rabbal alaamiin.
4. Syahid dalam Islam: Kematian yang Mulia
Salah satu bukti bahwa kematian dihormati dalam Islam adalah konsep syahid. Mereka yang meninggal dalam perjuangan di jalan Allah mendapatkan kedudukan yang istimewa di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
*“Tidaklah seseorang yang masuk surga ingin kembali ke dunia, meskipun ia memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Ia berharap dapat kembali ke dunia lalu terbunuh sepuluh kali lagi karena kemuliaan yang ia dapatkan. “* (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits ini kita bisa ambil ibrah bahwa kematian dalam memperjuangkan Agama di jalan Allah termasuk suatu amal yang bernilai Tinggi dihadapan Allah. Bahkan seorang penuntut ilmu yang sedang meniti jalan untuk menuntut ilmu maka bisa dikategorikan sebagai orang yang berjuang dijalan Allah. Dan ketika kita meninggal dalam keadaan menuntut ilmupun bisa dikategorikan sebagai mati dalam keadaan syahid.
5. Kematian Sebagai Pengingat dan Motivasi
Rasulullah SAW juga bersabda,
اَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : اَلْمَوْتِ
*“Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian. “* (HR. Tirmidzi).
Menghadapi kematian dapat menjadi pengingat bahwa hidup ini bersifat sementara, sehingga kita bisa menjadikannya motivasi dan pengingat yang berharga, sehingga kita bisa meningkatkan kualitas amal ibadah dan persiapan diri kita, sebagai cara untuk mencapai ridho Allah Subhanahu Wata’ala. Dengan menjadikan kematian sebagai pengingat, kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah, bukan malah menjadikannya sebagai ajang untuk menakut nakuti. Sebagai muslim yang taat tentunya kita akan mempersiapkan betul kematian kita dengan sebaik baiknya.
Penutup
Dalam pandangan Islam, kematian bukanlah hal yang hina atau menakutkan; sebaliknya, ia adalah bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah) yang harus diterima. Kematian dihormati karena ia merupakan awal dari kehidupan akhirat, penutup amal dan jembatan yang menentukan kondisi kita di akhirat, dan ujian untuk menentukan kualitas iman seseorang.
Dengan mempersiapkan diri menghadapi kematian melalui amal saleh, dzikir, dan taubat, seorang Muslim dapat melihat kematian sebagai momen yang penuh berkah. Sebagaimana doa yang sering diajarkan oleh Rasulullah SAW:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ
“Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah akhirnya, sebaik-baik amalku adalah penutupnya, dan sebaik-baik hariku adalah hari ketika aku bertemu dengan-Mu. ”
Semoga kita semua dapat menutup hidup ini dengan husnul khatimah dan meraih tempat yang mulia di sisi-Nya. Aamiin.