Ketika Usia Senja: Hidup Tinggal Berdua
Oleh : Yoeny Wahyu Hiayatie,S.E. (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMKABA)

Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh liku. Ketika usia muda, kehidupan terasa penuh warna dengan dinamika kesibukan membangun rumah tangga, mendidik anak-anak, hingga mengejar impian dan cita-cita. Namun, ketika usia senja tiba, segalanya perlahan berubah. Anak-anak yang dulu menjadi pusat perhatian kini telah tumbuh dewasa, menjalani kehidupan mereka sendiri, meninggalkan dua insan yang kembali seperti di awal pernikahan: hanya tinggal berdua.
Fase ini bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan babak baru yang penuh makna. Usia senja adalah momen untuk merefleksikan kehidupan, mempererat cinta yang sudah terjalin sekian lama, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Cinta yang Terus Bersemi Hingga Usia Senja
Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan suci yang tidak hanya berorientasi pada dunia, tetapi juga sebagai ladang pahala untuk akhirat. Al-Qur’an mengibaratkan hubungan suami istri sebagai pakaian, sebagaimana firman Allah:
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (para istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.”
(QS. Al-Baqarah: 187)
Ayat ini menggambarkan betapa suami istri saling melengkapi, melindungi, dan menjadi penghibur satu sama lain. Di usia senja, cinta antara suami istri tidak seharusnya memudar, melainkan semakin kokoh karena telah melewati berbagai ujian dan dinamika kehidupan bersama.
Belajar dari Teladan Nabi Muhammad ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ memberikan contoh terbaik dalam memperlakukan pasangan, bahkan hingga usia senja. Salah satu kisah yang menginspirasi adalah hubungan beliau dengan Sayyidah Khadijah رضي الله عنها. Khadijah adalah sosok yang setia menemani Rasulullah ﷺ di awal perjuangan dakwah. Cinta Nabi kepada Khadijah begitu dalam, hingga setelah wafatnya, beliau terus mengenang dan mendoakannya.
Nabi juga menunjukkan kasih sayang kepada istri-istrinya yang lain. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
(HR. Tirmidzi, no. 3895)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa seiring bertambahnya usia, seorang suami dan istri harus tetap berusaha menjadi yang terbaik satu sama lain. Kasih sayang, perhatian, dan cinta tidak boleh surut, melainkan harus terus dijaga dan dipupuk.
Masa untuk Memperkuat Ibadah Bersama
Di usia senja, ketika tanggung jawab duniawi mulai berkurang, inilah waktu yang tepat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pasangan suami istri dapat saling mengingatkan dalam kebaikan dan memperbaiki ibadah bersama, sebagaimana firman Allah:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. At-Taubah: 71)
Berjamaah dalam salat, membaca Al-Qur’an bersama, dan memperbanyak zikir adalah cara untuk mempererat hubungan tidak hanya dengan pasangan, tetapi juga dengan Allah SWT. Aktivitas seperti ini akan menambah keberkahan hidup dan menjadi bekal untuk kehidupan akhirat.
Menghidupkan Kenangan, Membangun Warisan
Di usia senja, kenangan masa lalu menjadi harta yang tak ternilai. Menceritakan perjuangan hidup kepada anak cucu menjadi cara untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan, seperti kesabaran, kerja keras, dan cinta sejati. Kisah hidup yang penuh makna dapat menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Selain itu, usia senja adalah waktu yang tepat untuk membangun “warisan” akhirat, seperti dengan menyisihkan harta untuk sedekah, wakaf, atau amal jariyah lainnya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
(HR. Muslim, no. 1631)
Merawat Kehangatan Cinta di Usia Senja
Meskipun fisik tidak lagi sekuat dulu, cinta harus tetap dijaga. Hal-hal sederhana seperti mengucapkan kata-kata yang baik, saling memberi perhatian, dan menunjukkan rasa syukur atas kehadiran pasangan adalah bentuk kehangatan yang tidak boleh diabaikan. Dalam Islam, setiap kebaikan kecil yang dilakukan terhadap pasangan adalah ibadah.
Persiapan untuk Kehidupan Kekal
Usia senja adalah pengingat bahwa dunia ini sementara. Bersama pasangan, inilah waktu untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan abadi di akhirat. Saling mendoakan, saling memotivasi untuk berbuat kebaikan, dan menjaga keimanan adalah cara untuk memastikan bahwa hubungan suami istri di dunia akan berlanjut di surga.
Imam Al-Ghazali pernah berkata:
“Pasangan suami istri yang saling mencintai karena Allah, kelak akan dikumpulkan kembali di surga.”
Penutup: Babak Baru yang Penuh Berkah
Hidup tinggal berdua di usia senja bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari fase yang penuh berkah. Dengan cinta yang tetap terjaga, ibadah yang semakin kokoh, dan persiapan menuju akhirat yang matang, hidup di usia senja dapat menjadi babak paling indah dalam kehidupan. Semoga setiap langkah bersama pasangan selalu diberkahi oleh Allah SWT dan menjadi saksi cinta yang abadi hingga surga-Nya.
Yoeny Wahyu Hidayatie, SE.
Ketua MTK PDA Batang
Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng