Jangan Menampakkan Rasa Bergembira Saat Musibah Menimpa Orang Lain
oleh : Dr. Ibnu Sholeh, MA, MPI (Majelis Tabligh PWM Jateng)

Inna lilah wa Inna ilaihi roj’un, Saudaraku …hari-hari ini kita semua mendengar, banyaknya musibah banjir bandang terjadi dimana-mana. Bahkan tidak hanya memporakporandakan rumah maupun harta benda dan lainya, sejumlah orang pun meregang nyawa karena tidak sempat menyelamatkan diri.
Perlu kita ketahui bersama, bencana alam adalah ujian besar dari Allah, dan sebagai umat Muslim kita diingatkan untuk saling membantu, baik dalam hal materi maupun spiritual. Memberikan bantuan kepada korban bencana adalah bentuk nyata dari empati dan kepedulian kita. Menyantuni mereka yang dilanda musibah adalah amal yang sangat mulia, yang akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Apalagi Firman Allah menyebutkan bahwa sungguh setiap orang mu’min itu bersaudara
إنَّمَا المُؤْمِنُونَ إخْوَةٌ
Sesungguhnya kaum mu’minin itu adalah sebagai orang-orang yang bersaudara.” (al-Hujurat: 10)
Allah juga berfirman:
إنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الفَاحِشَةُ في الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذابٌ أَليمٌ في الدُّنْيَا والآخِرَةِ
Sesungguhnya orang-orang yang senang kalau perbuatan keji tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, maka orang-orang yang sedemikian itu akan memperoleh siksa yang pedih di dunia dan di akhirat.” (an-Nur: 19)
Larangan Menampakkan Rasa Gembira Saat Orang Lain Terimpa Musibah
Nabi Muhammad Shalaallahu’alaihi Wasallam bersabda
وعَن وَائِلَةَ بن الأسقع – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمَهُ اللهُ وَيَبْتَلِيكَ». رواه الترمذي، وقال: «حديث حسن
Dari Watsilah bin al-Asqa’ r.a., berkata: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Janganlah engkau gembira karena adanya sesuatu bencana pada saudaramu -sesama Muslim-, sebab jikalau engkau demikian, maka Allah akan memberikan kerahmatan kepada saudaramu itu sedang engkau sendiri akan diberi cobaan -yakni bala’- olehNya.” Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin membawakan ayat di atas untuk menunjukkan terlarangnya menampakkan kebahagiaan ketika seorang muslim mendapatkan musibah. Pendalilannya dari ayat adalah jika seseorang menyebar berita jelek yang dilakukan orang mukmin yang terjerumus dalam dosa mendapatkan ancaman kerugian di dunia dan akhirat, apalagi jika seseorang menampakkan rasa gembira atas musibah muslim lain tanpa sebab apa-apa.
Hal ini didukung dengan hadits namun sayangnya dha’if. Dari Watsilah bin Al Asqa’, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.” (HR. Tirmidzi no. 2506. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Hadits ini dinyatakan dha’if pula oleh Syaikh Al Albani dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy)
Namun hadits secara umum menyatakan bahwa kehormatan sesama muslim tak boleh diinjak. Bentuknya di sini adalah jika saudara kita ada yang menderita terkena musibah, janganlah kita menampakkan rasa gembira karena hal itu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Seseorang dicap jelek jika ia merendahkan saudara muslim yang lain. Sesama muslim itu haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim no. 2564).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Jika seseorang menjelekkan muslim yang lain, bisa jadi yang dijelekkan itu dirahmati oleh Allah. Kemudian malah orang yang menjelekkan yang terkena musibah. Seperti ini banyak terjadi.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 6: 263).
Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy berkata, “Musibah yang menimpa hamba, boleh jadi sebagai hukuman dan ujian. Hal itu bisa jadi sebagai penebus dosa dan mengangkat derajat. Sehingga jika ada yang gembira atas musibah orang lain, maka tidaklah layak. Karena manusia bisa saja berbuat dosa dan salah. Lantas ia mendapatkan musibah lantaran kesalahannya tersebut. Siapa yang menjamin dirinya sendiri bisa selamat dari dosa?!” (Bahjatun Nazhirin, 3: 90).
Musibah atau peristiwa buruk pasti pernah dirasakan setiap manusia, entah kematian saudara, kehilangan harta atau hal menyedihkan lainnya.
Pada saat-saat seperti ini, Islam mengajarkan untuk saling tenggang rasa atau juga membantu meringankan beban sesama. Namun ada juga orang-orang yang justru senang dengan penderitaan orang lain, baik ditunjukkan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Hal ini merupakan perilaku yang dilarang dalam Islam.
Dilansir dari Elbalad, Lembaga Fatwa Mesir, Dar Ifta bahkan menyebut perilaku senang atas penderitaan orang adalah tindakan orang munafik. Perbuatan ini juga disebut sebagai perbuatan orang-orang sombong karena seakan tidak menyadari bahwa suatu saat akan ada masa ia merasa kesulitan.
Seperti diketahui, seorang Muslim diajarkan bahwa penderitaan tidak akan bertahan lama sebagaimana kebahagiaan tidak akan terjadi selamanya.
Karena buruknya tindakan ini, Rasulullah melarang hal ini di lebih dari satu riwayat hadits. Senang dengan penderitaan orang lain juga dikatakan akan mendatangkan musibah bagi orang yang melakukannya. Rasulullah bersabda:
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
Artinya, “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.” (HR Tirmidzi)
Menunjukkan kesenangan atas musibah yang dialami sesama, dikatakan juga merupakan perbuatan yang merendahkan orang lain. Padahal seorang mukmin diajarkan untuk saling menjaga kehormatan sesama mukmin. Rasulullah ﷺ bersabda:
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Seseorang dicap jelek jika ia merendahkan saudara muslim yang lain. Sesama Muslim itu haram darah, harta dan kehormatannya.” (HR Muslim).
Syareat Islam Mengajarkan Untuk Berempati dan Saling tolong Menolong
Oleh karena itu saat bencana alam datang menimpa, kita sebagai umat Islam diajarkan untuk selalu peka terhadap penderitaan sesama.
Karena musibah apapun bentuknya termasuk bencana alam adalah ujian besar dari Allah, maka kita harus saling membantu, baik dalam hal materi maupun spiritual. Memberikan bantuan kepada korban bencana adalah bentuk nyata dari empati dan kepedulian kita. Menyantuni mereka yang dilanda musibah adalah amal yang sangat mulia, yang akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.
Selain itu, agama Islam mengajarkan kita bahwa membantu sesama adalah bagian dari tanggung jawab sosial kita sebagai makhluk Allah yang saling terkait. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka dia bukan termasuk bagian dari umat Islam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penting bagi kita untuk tidak hanya merasakan simpati, tetapi juga bertindak nyata untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang berduka. Kemanusiaan mengajarkan kita bahwa kita semua adalah satu keluarga, dan penderitaan mereka adalah penderitaan kita juga.
Mari kita bersama-sama membuka hati dan tangan kita, memberikan bantuan yang seikhlas-ikhlasnya, baik itu berupa uang, barang, tenaga, atau doa. Setiap amal yang kita lakukan akan menjadi berkah, dan setiap doa yang kita panjatkan untuk mereka yang terkena musibah akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk tetap peduli dan membantu sesama, serta memberikan kesabaran dan ketabahan kepada korban bencana alam. Aamiin.