Hasad: Akar dari Permusuhan dan Kebencian
Oleh: Dwi Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMKABA)

Di dalam jiwa manusia terdapat energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” yang memunculkan sifat tercela. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah menerangkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, yang sifat hati tersebut akan selalu muncul dari zaman ke zaman. Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada merugikan diri sendiri dan bisa menjadi penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau berbangga diri).
Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Penyakit hati hasad, atau iri hati, merupakan salah satu bentuk penyakit batin yang sangat berbahaya bagi jiwa manusia. Hasad adalah keinginan untuk menghilangkan nikmat yang dimiliki orang lain. Hasad timbul ketika seseorang merasa tidak senang dengan kebahagiaan, kesuksesan, atau kelebihan yang dimiliki orang lain. Rasa cemburu ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga dapat mengganggu ketenangan batin dan menghalangi jalan menuju kebahagiaan sejati. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, bahkan peperangan fisik yang diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.
Dari kisah Nabi Adam AS, kita bisa melihat kasus anaknya Qabil yang tega membunuh Habil saudaranya karena hasad terhadap Habil yang mendapat istri yang mempunyai banyak kelebihan. Pada masa Nabi Yusuf. Kejinya perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf AS kepada Nabi Yusul As yang masih kecil. Penyebabnya adalah karena hasad mereka terhadap Nabi Yusuf. Apalagi Yusuf mempunyai banyak kelebihan, paras yang ganteng salah satunya.
Al-Qur’an menyebut sifat hasad ini dalam surat An-Nisa ayat 54:
اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِه
Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)
Orang yang memiliki penyakit hasad tidak akan pernah merasa puas dengan nikmat yang Allah berikan dan selalu mengharap kesengsaraan orang lain. Selain itu, hasad dapat mengakibatkan seseorang tidak dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan hidup, dikarenakan pelaku hasad selalu dihinggapi rasa iri dan terus merasa kurang.
Orang yang memiliki penyakit hasad juga akan menghabiskan energinya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, hatinya selalu diliputi dengan kebencian dan permusuhan, dan berakibat semakin menghindarkan dari kemaslahatan dan kebajikan. Sebanyak apapun amal kebajikan yang sudah di lakukan oleh seseorang akan sia-sia, terbakar hangus dan akan hilang menjadi abu, manakala dalam hatinya terdapat penyakit hasad ini.
Sebagaimana dalam Sabda Rasulullah SAW:
اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ
Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud).
Hasad adalah penyakit hati yang jika terus dipelihara akan membahayakan, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga merugikan kehidupan orang lain. Bahaya hasad ini setara dengan kejahatan penyihir. Oleh karenanya sebagai hamba Allah, kita senantiasa dianjurkan untuk meminta perlindungan kepada Allah. Salah satu caranya adalah dengan membaca surat Al-Falaq ayat 5:
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5)
Imam an-nawawi Rahima Humullah menjelaskan, para ulama membagi Hasad menjadi dua macam, yaitu Hasad Haqiqi dan Hasad Majazi. Yang pertama yaitu Hasad haqiqi adalah seseorang berharap nikmat orang lain hilang. Hasad haqiqi diharamkan berdasarkan ijma‘ para ulama. Adapun yang kedua ialah Hasad Majazi yang di maksudkan adalah Ghibthah. Gibthah adalah berharap agar mendapatkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain tanpa mengaharapkan nikmat tersebut hilang darinya. Jika Ghibhtah ini dalam keta‘atan kepada Allah dan amal sholeh, maka hal tersebut di anjurkan.
Penyakit hati hasad memerlukan kesadaran dan usaha untuk disembuhkan. Salah satu cara yang efektif untuk mengatasinya adalah dengan memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan dan meningkatkan rasa syukur atas apa yang kita miliki. Seringkali, iri hati muncul karena ketidakpuasan terhadap diri sendiri atau rasa kurang bersyukur atas nikmat yang telah diberikan.
Selain itu, kita juga perlu belajar untuk mengubah pola pikir. Alih-alih melihat kesuksesan orang lain sebagai ancaman, kita dapat melihatnya sebagai sumber inspirasi dan motivasi untuk menjadi lebih baik. Ketika kita mampu merasakan kebahagiaan orang lain tanpa ada rasa iri, maka hati kita akan jauh lebih tenang dan damai.
Menjaga hubungan baik dengan orang lain, berusaha untuk memaafkan, dan tidak membiarkan perasaan hasad menguasai hati adalah langkah-langkah penting dalam mengobati penyakit hati ini. Dengan memperbanyak doa, introspeksi diri, dan meningkatkan kesadaran spiritual, kita dapat membebaskan hati kita dari belenggu hasad dan meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.