Iman Dan Konsekuensinya
Oleh : Mutiatun, S.Pd.I (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di UMKABA)

Innal hamda lillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wanastaghfiruh, wanastahdiihi wana’uudzu billlaahi min syuruuri anfusinaa wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdihillaahu falaa mudillalah, wa manyudlil falaa haadiyalah. Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh. Allaahumma sholli wa sallim wabarik ‘alaa sayyidina muhammadin wa’ala aalihi washohbihi wamanihtada bihudaahu ila yaumil qiyaamah. Ammaa ba’du. Fayaa i’baadallah, uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwaallah, faqod fazal muttaquun. Wa qoola ta’alaa yaa ayyuhal ladziina aamaanuut taqullaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun. Shodaqollahul adziim.
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya serta memohon ampunan-Nya dan memohon petunjuk dari-Nya, dan kami berlindung kepada Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan-Nya, kami mohon ampun kepada-Nya, kami memohon petunjuk kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami dan dari keburukan amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada petunjuk baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, berkahilah dan berkahi junjungan kami Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari kiamat.
Pergantian malam dan siang serta waktu-waktu yang lain termasuk pergantian tahun adalah sesuatu yang pasti terjadi sebagai salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Bagi orang yang beriman hal ini menjadi nasehat untuk meningkatkan kualitas iman, takwa dan amal shaleh. Ayat yang sering dijadikan rujukan antara lain adalah QS. Al-Hasyr ayat 18.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha waltandhur nafsum mâ qaddamat lighad, wattaqullâh, innallâha khabîrum bimâ ta‘malûn
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
QS. Surat al-Hasyr ayat 18 ini diawali dengan sebuah panggilan (harfu nida`). panggilan bisa bersifat umum ataupun khusus tergantung kata yang mengikutinya. Jika yang mengikutinya adalah kata an-nas (yang berarti manusia) maka panggilannya bersifat umum, sedangkan jika yang mengikutinya adalah kata aamanuu (orang-orang yang beriman) berarti yang dipanggil adalah khusus dan spesial. Dan lebih spesial lagi pada QS. Surat al-Hasyr ayat 18 ini setelah kata aamanuu dilanjutkan dengan kata ittaquu (bertaqwalah).
Orang yang telah menyatakan beriman mestinya paham dan siap untuk menanggung resiko dan konsekuensi yang harus dihadapinya baik secara lisan, perbuatan ataupun keyakinan yang kokoh di dalam hati. Dalam kenyataannya ada di antara orang-orang yang telah menyatakan beriman belum mampu dan mau mengamalkan apa yang diimaninya. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 53 Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman berikrar : Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Oleh karena itu, tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberi kesaksian.
Melaksanakan ajaran Islam pada dasarnya gampang namun jangan digampangke (mudah namun jangan dipermudah) yakni, jika ada contoh dari Rasulullah SAW kerjakan, sebaliknya jika tidak ada contoh dari beliau silahkan tinggalkan. KH. Ahmad Dahlan memberikan contoh kepada kita yang kemudian terkenal dengan Spirit al-Ma`un terkait amalan yang wajib dan mengandung ancaman lebih diutamakan dari amalan-amalan yang lain. Perintah menyantuni anak yatim dan fakir miskin diancam dengan sebutan sebagai pendusta agama lebih diutamakan daripada ibadah umrah berulang-ulang yang tidak ada ancaman jika tidak mengerjakannya. Orang sering mengatakan bahwa ibadah umrah berulang-ulang adalah wujud rindu serorang hamba kepada Tuhannya tanpa menyadari bahwa Allah sangat merindukan orang-orang yang mau menyantuni yatim piatu dan fakir miskin.
Ibadah dikelompokkan menjadi dua, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Dalam ibadah mahdhah (ibadah khusus) jangan sampai mempersulit diri dengan modifikasi ibadah sesuai dengan selera masing-masing yang terkadang tanpa didasarkan pada dalil yang kuat. Bahkan kelompok yang berani memodifikasi ibadah mahdhah ini seakan menuduh bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai penghianat kaerna dianggap menyembunyikan beberapa syariat. Padahal nabi wajib bersifat menyampaikan (baligh ) dan mustahil bersifat khianat. Sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW kita harus berani bersikap jujur dan menghindari bohong walaupun terkadang terasa asyik dan menyenangkan.
Usia manusia sudah ditetapkan oleh Allah SWT tanpa bisa minta diundurkan karena belum siap seperti belum nikah dan cita-cita yang belum terwujud atau minta maju karena sudah merasa bosan dengan keadaan yang dihadapinya seperti sakit-sakitan yang tidak kunjung sembuh atau hidup dalam kekurangan. Kematian seseorang tidak berdasarkan nomer urut namun yang dipakai adalah nomer cabut. Menyadari hal ini orang- orang yang beriman diperintahkan untuk selalu instropeksi وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
Instropeksi diri merupakan salah satu konsekuensi dari pernyataan keimanan seseorang. Dalam prakteknya melihat kesalahan orang lain lebih mudah daripada melihat kesalahan kita sendiri seperti pepatah mengatakan ‘semut di seberang lautan kelihatan sedang gajah di pelupuk mata tak terlihat”. Seorang muslim janganlah mengingat-ingat kebaikannya tetapi ingatlah keburukannya, janganlah mengingat-ingat keburukan orang lain namun ingatlah kebaikannya. Otak dan hati kita hendaknya dicuci dengan agama yang lurus dan akidah yang kokoh (gerakan tazkiatun nufus dan purifikasi akidah). Setiap manusia pada hakekatnya mati kecuali mereka yang berilmu. Orang yang berilmu semuanya mati kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya. Orang-orang yang beramal pada hakekatnya mati kecuali meraka yang ikhlas.
Ibadah ghairu mahdhah (ibadah umum) memberikan peluang kepada setiap muslim untuk berkompetisi menuju yang terbaik. Ibadah umum ini merupakan kemurahan Allah kepada umat manusia untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki. Rasulullah SAW memberikan petunjuk kepada kita untuk berperan sesuai fungsinya masing-maing menjadi pribadi terbaik, yakni manusia yang paling bermanfaat untuk sesamanya. Jadilah pengajar! Jika tidak mampu jadilah pembelajar! Jika tidak mampu jadilah pendengar yang baik! Jika tidak mampu jadilah pecinta! Jangan sampai menjadi kasta kelima. Sesuai sabdanya:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)
Rasul SAW memerintahkan umatnya menjadi ‘Alim (orang berilmu, guru, pengajar, ustad, kyai). Jika belum sanggup, jadilah Muta’allimaan (orang yang menuntut ilmu, murid, pelajar, santri) atau menjadi pendengar yang baik (Mustami’an), paling tidak menjadi Muhibban pecinta ilmu, simpatisan pengajian, donatur yayasan, lembaga dakwah dan pendidikan dengan harta, tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis ilmu
Rasul SAW menegaskan, jangan jadi orang yang kelima (Khoomisan), yaitu tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi pecinta ilmu. Celakalah golongan kelima ini. “Fatahlik!” tegas beliau SAW.
Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan, hidayah, dan petunjuk-Nya pada kita semua. Aamiin
[1] Disarikan dari Pengajian Ahad Pagi Majelis Taklim Ulul Albab PCM Limpung Hari Ahad Paing 5 Rajab 1446 H/ 5 Januari 2025 M pemateri Drs. KH. Harun Abdi Manaf dari Tegal