
Berdua saja, jangan mendua, bertiga itu menyiksa
#LogikaCinta, 2020
Setiap lelaki mendamba wanita yang mau diajak mengarungi bahtera cinta dan berusaha dari ‘nol’ dalam menjalani rumah tangga. Sayangnya, saat angka ‘seratus’ sudah dicapai dalam genggamnya, banyak dari mereka lupa pada wanita yang mendampinginya dengan cinta sejak pertama.
Mungkin Ada beberapa dari kita yang sudah punya semua dalam hidupnya, atau menganggap sudah memiliki segalanya. mungkin sahabat, rekan kerja, dan masyarakat juga mengakui kemapanannya. Karena pekerjaan sudah mapan, rumah mewah dia punya, beberapa mobil dan motor juga sudah menghiasai garasi rumahnya. merekapun berkelakar, bahkan tak jarang yang juga meyakininya, bahwa tentu akan ada banyak wanita cantik yang mau jadi istri kedua, ketiga dan bahkan jadi istri ‘sirrinya’ dan seterusnya.
Tapi pernahkan pertanyaan-pertanyaan berikut terlintas dikepalanya? dan dengan jujur menjawabnya?
Siapakah yang dulu mendampinginya ketika tak punya apa-apa? dia yang selalu menyambut kedatangannya dengan senyum meski pulang dengan tangan hampa? Siapakah yang membuatkan nasi goreng ketika ia harus berangkat mendatangi kantor demi kantor dengan membawa ijazah ditangan untuk melamar kerja? siapa yang selalu tersenyum tulus sambil membawa teh hangat saat ia datang dengan muka kusut penuh kecewa karena tak ada lowongan kerja? siapakah yang menjaga anak-anaknya ketika ia harus sibuk bekerja untuk keluarga? Siapakah yang dengan penuh cinta merawat, menghibur dan menjaganya jika sakit dan putus asa, sambil berkata: “Allah masih sayang sama kita, buktinya Dia memberi kita sakit dan masalah untuk menghilangkan dosa-dosa” Siapakah yang melahirkan generasi penerus cita-citanya?
Ah… jika jawabannya adalah istri yang pertama, lalu adakah alasan untuk menduakan cintanya?
Bukankah Tuhan mencipta semua berpasang-pasangan? maka carilah pasanganmu, jangan jadikan pasangan temanmu pasanganmu
Cinta tak pernah sempurna, ia paripurna bila berdampingan dengan setia
#PhiloSufi, 2020