IbadahTuntunan

Bertawassullah dalam Berdoa

Oleh : Dr. Ibnu Sholeh, M.A., M.PI. (Majelis Tabligh PWM Jateng)

Tawassul berarti mengambil perantara untuk tersampainya hajat. Dan perlu dipahami tidak semua tawassul dinilai keliru dan dilarang, namun ada pula yang masyru’ (dibenarkan)

Dan hakikatnya tawassul (mencari perantara) itu diperintahkan agama. Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara/jalan) yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. (QS. Al-Mā’idah):35

Namun apa yang dimaksud dengan wasilah di ayat ini? Imam Qatadah seorang tabi’in berkata:

تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه

Yang dimaksud wasilah di sini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaatinya dan beramal yang diridhai Allah.

Adapun tawassul yang biasa kami lakukan dalam berdoa adalah:

  • Tawassul dengan iman

Misal: Ya Allah, aku beriman kepadamu, maka ampunilah dosaku, Ya Allah aku beriman kepadamu, maka berikanlah kebahagiaan kepada ku.

Allah berfirman:

رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِى لِلْإِيمَٰنِ أَنْ ءَامِنُوا۟ بِرَبِّكُمْ فَـَٔامَنَّا ۚ رَبَّنَا فَٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّـَٔاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ ٱلْأَبْرَارِ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman: “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.(‘Āli `Imrān :193) .

  • Tawassul dengan Tauhid

Sebagaimana yang dilakukan nabi Yunus ketika beliau berada di perut ikan paus, beliau bertawassul dg tauhid dan Allah pun menyelamatkannya.

وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبࣰا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَیۡهِ فَنَادَىٰ فِی ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّی كُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِینَ  فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَنَجَّیۡنَـٰهُ مِنَ ٱلۡغَمِّۚ وَكَذَ ٰ⁠لِكَ نُـۨجِی ٱلۡمُؤۡمِنِینَ

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap di perut ikan: “Bahwa tiada yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim, Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anbiya’ 87 – 88]

  • Bertawassul dg Nama Nama Allah yang terindah (Asmaul Husna)

 وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَاۤءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ

Milik Allah-lah nama-nama terindah Asmaul Husna, maka berdoalah kepada Allah dengan nama-nama terindah tersebut. [Surat Al-A’raf 180]

Misal: Ya Rahman berikan rahmatmu, ya Razzaaq berikan rizqimu, dan lain sebagainya

  • Bertawassul dengan sifat Allah.

Misal: Ya Allah dengan keperkasaanmu tolonglah aku, ya Allah dengan kemulianmu berkahilah aku!

يا حي يا قيوم برحمتك أستغيثك

Ya Allah dengan rahmatmu aku memohon pertolonganmu. (HR. Tirmidzi)

  •  Bertawassul dg amal shalih, seperti sholat, berbakti kepada orang tua, sedekah dst.

Sebagaimana ucapan Qotadah:

تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه

Yang dimaksud wasilah di sini adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaatinya dan beramal yang diridhai Allah.

  • Bertawassul dengan doa orang Shalih yamg masih hidup bukan dengan dzatnya.

Misal, kisah Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu bertawassul dg minta supaya al-Abbas (paman nabi) berdoa agar Allah turunkan hujan. Dan akhirnya Allah kabulkan lalu turunkan hujan deras..” lihat: (HR. Bukhari no. 1010).

  •  Bertawassul dengan mengakui dosa.

Seperti kisah nabi Yunus ketika ditelan ikan paus (QS. Al-Anbiya: 87-88) dan juga kisah nabi Adam tatkala termakan rayu Iblis (QS. Al-A’raf: 23)

  • Bertawassul dg meninggalkan maksiat, seperti kisah salah satu dari 3 orang yang tertawan dalam gua, dia bertawassul dg meninggalkan dosa zina yang hampir ia lakukan di masa lalu…

Dia berkata: Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar. Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur denganku (alias: berzina). Ia pun mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya: barulah halal dengan nikah, bukan zina).” Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai. Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah kuberikan untuknya. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi,….(Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)

  • Bertawassul dengan merendahkan diri dan menunjukkan kelemahan di hadapan Allah. Seperti yang dilakukan nabi zakariya:

قَالَ رَبِّ إِنِّی وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّی وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَیۡبࣰا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِیࣰّا

Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. [Surat Maryam 4]

Demikianlah tawassul yang bisa kita lakukan dalam berdoa, agar hajat kita diijabah oleh Allah Ta’ala bukan dengan tawassul-tawassul yang mengandung unsur unsur yang dilarang oleh syariat. Seperti bertawassul dengan kuburan, atau dengan menyebut nama nama arwah orang soleh yang sudah mati. Nauzubillah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button