Hidup Sederhana di Era Pamer: Refleksi Awal Tahun untuk Menemukan Kebahagiaan
Oleh: S. Hariyadi, M.Pd (Pemuda Muhammadiyah Kajen)

Media sosial dirancang untuk memamerkan hal-hal terbaik dari kehidupan seseorang, sering kali mengaburkan kenyataan. Media sosial, dengan segala daya tariknya, telah menjadi panggung utama untuk berbagi momen, pencapaian, dan gaya hidup. Namun, di balik tampilan sempurna itu, ada risiko besar bagi kesehatan mental dan emosional, terutama jika kita terjebak dalam budaya pamer dan tekanan untuk selalu mengikuti tren.
Berfokus pada pamer dan tren membuat seseorang kehilangan koneksi dengan nilai-nilai sejati dalam hidup. Akibatnya hidup menjadi serangkaian upaya untuk mengesankan orang lain, bukan untuk memenuhi kebutuhan batin, kebahagiaan semu dari ‘likes’ dan ‘comments’ tidak dapat menggantikan kebahagiaan mendalam dari hubungan yang bermakna dan pencapaian nyata, waktu dan energi dihabiskan untuk mengejar hal-hal superfisial, sementara kebutuhan spiritual dan emosional terabaikan.
Awal tahun sering menjadi momen refleksi, menata ulang prioritas, dan merencanakan tujuan hidup. Namun, di tengah derasnya arus media sosial yang memamerkan pencapaian, gaya hidup, hingga kebahagiaan orang lain, kita sering kali terjebak dalam perlombaan tanpa akhir untuk terlihat sempurna. Hidup sederhana, yang dulu menjadi esensi kebahagiaan, kini terasa seperti sebuah kemewahan yang sulit diraih.
Hidup sederhana bukan berarti hidup kekurangan, melainkan hidup dengan kesadaran akan apa yang benar-benar bermakna. Di tengah tekanan sosial media, hidup sederhana adalah cara untuk terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain bisa memicu stress dan rasa tidak puas. Setiap manusia tentu ingin hidup bahagia. Berbagai cara ditempuh untuk mencapai kehidupan yang nyaman dan menenteramkan hati. Sebagian orang mencari kebahagiaan melalui harta, kedudukan, atau popularitas, berharap bahwa hal-hal tersebut dapat memberikan kebahagiaan yang diidamkan. Padahal, kebahagiaan sejati tidak diukur dari harta, jabatan, atau popularitas. Banyak orang yang secara lahiriah tampak kaya atau sukses, tetapi belum tentu mereka merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam juga mengingatkan kita mengenai kehidupan dunia. Beliau bersabda: “Perbandingan dunia dan akhirat seperti orang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut, lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang di perolehnya.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah). “Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya.” (HR. Ibnu Majah). Dari kedua hadits tersebut, kita dapat memahami bahwa tidak ada celah sedikit pun bagi diri kita untuk membanggakan dunia. Ada salah satu nasehat bijak “contohlah tukang parkir, dia yang menjaga banyak kendaraan tanpa merasa memiliki, karena dia sadar bahwa semuanya cuman titipan”.
Awal tahun bisa menjadi momen untuk detoks digital. Kita dapat membatasi waktu untuk scrolling dan fokus pada aktivitas yang lebih bermakna. Apa yang terlihat di media sosial adalah versi terbaik dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhan cerita sehingga jangan selalu membandingkan pencapaian orang lain dengan diri sendiri. Hidup manusia tidak hanya diukur dari lamanya waktu yang dijalani, tetapi juga dari kualitas aktivitas yang dilakukan. Aktivitas bermakna adalah aktivitas yang memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain
Belakangan ini ditengah ramai kebijakan naiknya PPN (pajak pertambahan nilai) mengema ajakan hidup“frugal living”, frugal living atau gaya hidup hemat adalah konsep hidup yang berfokus pada penggunaan sumber daya keuangan dengan bijak dan efisien, tanpa mengorbankan kualitas hidup. Lebih dari sekadar penghematan uang, frugal living menekankan kesadaran dalam mengelola kebutuhan dan membedakannya dari keinginan.
Awal tahun ini, mari jadikan kesederhanaan sebagai kompas hidup kita. Hidup sederhana bukan tentang apa yang kita tinggalkan, tetapi tentang apa yang kita pilih untuk dihargai. Di era sosial media yang penuh gemerlap, hidup sederhana adalah pemberontakan kecil menuju kebahagiaan.