
Zaman berubah, modernitas memberi pernak dan pernik perubahan dengan kecanggihan di segala bidang; absen kehadiran tak luput darinya. Mulai dari absensi perkuliahan hingga ‘finger print’, aplikasi, bahkan scan retina bagi karyawan, pegawai; swasta maupun negeri, bahkan siswa dan mahasiswa.
Hal ini patut kita sambut dengan gempita, canggihnya absensi pastinya berbanding lurus dengan kedisiplinan. Kedisiplinan pastinya mengarah pada akuntabilitas dan profesionalitas layanan. Tapi benarkah faktanya demikian? Sayang, jawabannya meruntuhkan gembira diawal cerita.
Ternyata, kedisiplinan yang tali temali dengan teknologi ini tak berbanding lurus dengan kepuasan publik. Disiplin semacam ini tak banyak memberi arti. Tuntutan birokrasi adalah kinerja bukan absensi.
Contoh lainnya, mahasiswa rajin kuliah hanya demi presensi, kehadiran penuh tapi pengetahuan tak utuh. Tugas dipasrahkan pada google yang dilanjut dengan jurus copas “yang penting nugas, absen penuh, tanggungjawab tuntas”, begitu seloroh mayoritas.
Sebagai pribadi, saya lebih menyukai banyak libur, tanpa kepanikan saat absensi mendekati batas akhir. Tapi surat menyurat publik dengan sigap dilayani. Daripada ketat dalam disiplin namun kinerja seolah mati. Sebagai dosen, saya juga lebih suka bila para mahasiswa kuliah dengan bahagia, tak perlu fokus pada kehadiran tapi tugasnya berkualitas. Tak mengapa absen tak sempurna tapi ilmu dan amalnya seiya sekata.
Lalu sebenarnya, adakah pengaruh disiplin absensi ditiap lini ini berpengaruh pada kepuasan dan kualitas pelayanan? Bila kualitas meningkat, disiplin absensi wajib kita apresiasi. Bila tidak? Cara ini harus dilihat sebatas eksperimentasi, yang bisa gagal bisa juga tidak. Karena yang paling berbahaya dalam kepemimpinan adalah pembangkangan berwujud diam. Taat, patuh, tak membantah, tapi sebenarnya tak menjalankan. Kepatuhan dan kedisiplinan hanya dibatasi dengan persoalan teknis dan mekanis. Persis mesin; tepat waktu, taat, patuh tapi hanya sebatas datang-absen-pulang.
Bagi masyarakat awam, absensi ini tak penting. Justru bisa jadi mereka berharap kita ini cukup dlm istirahat, agar bekerja dan memberi pelayanan berjalan dengan bahagia yg tak dilihat dari sisi mekanisme belaka.
#PhiloSufi