Bersyukur merupakan salah satu ajaran utama dalam Islam yang tidak hanya berkaitan dengan ucapan, tetapi juga tercermin dalam perilaku sehari-hari. Sudah menjadi hal umum, ketika seseorang mendapatkan nikmat, maka mengucapkan syukur dengan ucapan kalimat thayyibah “Alhamdulillah”. Tapi bagaimana jika kita mendapatkan ujian dan musibah? Apakah kita pernah mengucapkan rasa syukur ketika mendapatkan ujian atau musibah?
Bersyukur, dalam bahasa Arab disebut “syukr”, berarti mengakui dan menghargai karunia Allah dengan penuh kesadaran. Secara etimologis, syukur berasal dari kata dasar yang mengandung makna “menyampaikan terima kasih” kepada pemberi nikmat. Dalam Islam, syukur tidak hanya berupa ucapan “alhamdulillah” (segala puji bagi Allah), tetapi juga mencakup rasa terima kasih yang diiringi dengan tindakan yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Kebahagiaan adalah tujuan hidup setiap manusia. Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan datang dari kesuksesan, kekayaan, maupun keadaan hidup yang sempurna. Namun, dalam ajaran Islam, kebahagiaan sejati bukan hanya ditentukan oleh keadaan eksternal, melainkan oleh sikap batin seseorang dalam menghadapi hidup, terutama dalam hal bersyukur. Bersyukur dalam setiap keadaan adalah salah satu rahasia kebahagiaan yang diajarkan dalam Islam, yang dapat membawa ketenangan hati dan keberkahan hidup.
Bersyukur dalam Kesenangan: Nikmat yang Dikenali dan Dihargai
Islam mengajarkan umatnya untuk bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Nikmat berupa kesehatan, kekayaan, keluarga, dan segala kemudahan yang ada seharusnya tidak dipandang sebagai hal yang biasa, melainkan sebagai pemberian Allah yang patut disyukuri.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan Aku tambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Ayat ini menunjukkan bahwa syukur dapat membuka pintu rezeki dan keberkahan lebih banyak. Mengucapkan “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah) dengan penuh kesadaran dan penghayatan atas nikmat yang diterima bukan hanya bentuk ucapan, tetapi juga bentuk pengakuan terhadap kebaikan Allah yang tak terhingga.
Selain itu, bersyukur dalam kesenangan juga berarti menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk kebaikan. Misalnya, menggunakan kekayaan untuk sedekah, waktu untuk beribadah, atau tubuh yang sehat untuk beramal. Dengan demikian, seseorang tidak hanya menikmati nikmat tersebut, tetapi juga menjadikannya sebagai sarana untuk lebih dekat dengan Allah.
Bersyukur dalam Kesulitan: Menemukan Hikmah di Balik Ujian
Bersyukur dalam keadaan sulit dan penuh ujian seringkali menjadi hal yang lebih menantang. Namun, Islam mengajarkan bahwa setiap cobaan dan kesulitan yang datang adalah ujian yang memiliki hikmah dan manfaat besar jika kita menyikapinya dengan sabar dan syukur.
Ketika seseorang menghadapi ujian dalam hidup, seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau masalah keluarga, ia sering kali merasa terpuruk dan frustasi. Namun, sikap syukur yang diajarkan Islam menuntut kita untuk melihat sisi positif dari setiap kesulitan. Sabar dan syukur dalam menghadapi ujian merupakan tanda kedekatan seseorang dengan Allah, serta cara untuk menghilangkan rasa cemas dan gelisah.
Rasulullah SAW mengajarkan dalam hadisnya:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan orang beriman, sesungguhnya semua urusannya baik baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no. 7692).
Hadis ini menggambarkan bahwa seorang Muslim yang beriman mampu melihat setiap peristiwa dalam hidupnya sebagai bagian dari takdir Allah yang penuh hikmah. Bahkan dalam kesulitan, ia mampu menemukan kebahagiaan melalui kesabaran dan syukur. Dengan menerima ujian sebagai bagian dari proses kehidupan, kita belajar untuk lebih menghargai apa yang kita miliki, dan bagaimana menghadapinya dengan tawakal dan ikhlas.
Bersyukur: Kunci Ketenangan Hati dan Kebahagiaan
Bersyukur tidak hanya memberi dampak pada kehidupan dunia, tetapi juga mengarah pada kebahagiaan sejati yang bersumber dari kedamaian hati. Ketika seseorang bersyukur, ia akan lebih mudah merasa puas dengan apa yang dimiliki dan lebih mampu menghindari rasa iri, dengki, atau ketidakpuasan. Dalam Islam, rasa syukur membawa kedamaian karena kita diajarkan untuk selalu mengingat Allah dalam segala keadaan.
Allah berfirman:
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).
Mengingat nikmat Allah dan bersyukur kepadanya akan menenangkan hati yang gelisah. Ketika seseorang mampu bersyukur, ia akan merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak terjebak dalam keinginan duniawi yang tidak pernah ada habisnya.
Bersyukur juga dapat mendorong kita untuk berbuat baik kepada sesama. Ketika kita merasa diberkahi oleh Allah, kita cenderung ingin membagikan nikmat tersebut dengan orang lain, baik dalam bentuk materi, waktu, atau perhatian. Perbuatan baik ini menciptakan hubungan sosial yang sehat, yang pada gilirannya membawa kebahagiaan dalam hidup kita.
Bentuk-bentuk Bersyukur dalam Islam
Bersyukur dalam Islam tidak hanya terbatas pada kata-kata, tetapi juga mencakup tindakan yang nyata. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur:
- Syukur dengan Hati: Mengakui dan merasakan bahwa segala yang dimiliki adalah anugerah dari Allah. Ini adalah bentuk syukur yang paling mendalam, yaitu menyadari bahwa segala nikmat, baik yang besar maupun kecil, adalah hasil dari kasih sayang-Nya.
- Syukur dengan Lisan: Mengucapkan “alhamdulillah” sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih kepada Allah. Selain itu, berdoa dan memuji Allah adalah salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kita.
- Syukur dengan Perbuatan: Menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah untuk kebaikan, baik itu harta, kesehatan, waktu, maupun ilmu. Misalnya, menggunakan harta untuk bersedekah, menggunakan tubuh untuk beribadah, atau menggunakan ilmu untuk membantu orang lain.
Keutamaan dan Dampak Bersyukur dalam Kehidupan
Bersyukur membawa banyak keutamaan dalam kehidupan seorang Muslim. Allah menjanjikan tambahan nikmat bagi mereka yang bersyukur. Selain itu, bersyukur juga dapat meningkatkan kedekatan seseorang dengan Allah. Dalam sebuah hadis,
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya: Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.
Dengan bersyukur, seorang Muslim akan merasakan ketenangan batin dan rasa puas dalam menjalani kehidupan, karena ia selalu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah.
Bersyukur membawa dampak positif dalam kehidupan seseorang. Dengan selalu mengingat nikmat yang diberikan Allah, seseorang akan lebih mudah merasa cukup, menghindari sifat tamak, dan lebih fokus pada apa yang dimiliki daripada apa yang tidak dimiliki. Selain itu, bersyukur juga dapat meningkatkan kebahagiaan, karena orang yang bersyukur akan lebih mudah merasakan kedamaian dalam hidupnya.
Bersyukur dalam setiap keadaan, baik dalam kebahagiaan maupun kesulitan, merupakan rahasia kebahagiaan yang diajarkan oleh Islam. Syukur mengajarkan kita untuk selalu merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah, serta menerima setiap cobaan dengan sabar dan ikhlas. Dengan bersyukur, kita akan merasakan ketenangan hati yang mengarah pada kebahagiaan sejati.
Sebagai umat Muslim, marilah kita berusaha untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap langkah hidup kita, mengucapkan terima kasih atas segala nikmat, dan menyikapi setiap keadaan dengan sikap syukur dan sabar. Semoga dengan demikian, kita dapat meraih kebahagiaan yang tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga membawa kita lebih dekat dengan Allah, Pencipta segala kebahagiaan.