Artikel

Tiga Panci Air

Oleh : Deny Prasetyo

Seorang perempuan muda -sebut saja Mawar – mendatangi ibunya menceritakan tentang hidupnya dan betapa keras kehidupan yang ia hadapi. Setiap masalah dalam hidupnya teratasi, muncul masalah baru yang lebih berat dan sulit ia hadapi. Mulai dari masalah pekerjaan, pertemanan, hingga asmara. Ia tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Ia merasa sudah lama berjuang dan Ia hampir putus asa. Ia ceritakan semua keluh kesahnya itu kepada sang Ibu dengan berlinang air mata.

Kemudian sang ibu membawanya ke dapur. Ia mengambil tiga buah panci. Masing-masing panci ia isi dengan air dan ia letakkan ketiganya di atas tungku api. Setelah air mendidih sang ibu memasukkan ke dalamnya tiga benda yang berbeda. Ia memasukkan wortel pada panci pertama, telur ayam pada panci kedua, dan kopi bubuk pada panci ketiga.  Kemudian ia membiarkan sampai air di ketiga panci itu mendidih tanpa berkata satu katapun kepada anak perempuannya.

Sekitar 20 menit kemudian, sang ibu mengeluarkan wortel, telur, dan kopi kamudian memasukkan ketiganya ke dalam mangkuk. Lalu ia menengok ke arah putrinya dan bertanya kepada sang anak: katakan apa yang kamu lihat?

“Wortel, telur dan kopi.” jawab sang anak. Kemudian si ibu menarik anaknya untuk mendekat dan menyuruhnya menyentuh wortel. Si anak pun menyentuhnya dan merasakan lunaknya wortel. Lalu sang ibu menyuruhnya untuk mengambil telur yang sudah direbus tadi dan mengupasnya.  Ketika mengupas telur, ia mengamati bahwa telur yang dalamnya tadinya cair itu berubah menjadi padat. Selanjutnya sang ibu menyuruhnya untuk menyeruput kopi. Sang anak  pun tersenyum saat mencicipi aroma kopi. Lantas ia bertanya: “apa artinya ini semua, Bu?

Sang ibu kemudian menjelaskan bahwa ketiga objek tersebut menghadapi kesulitan dan tantangan yang sama yakni air mendidih. Namun ketiganya mendapatkan efek yang berbeda. Wortel yang mula-mulanya keras atau kuat namun setelah dimasukkan ke dalam air mendidih ia berubah menjadi lunak dan lemah. Telur yang mulanya rapuh, kulit luar (cangkangnya) tipis melindungi isi dalamnya yang cair, namun setelah beberapa saat di dalam air mendidih isi telur pun berubah menjadi padat (mengeras). Sedangkan bubuk kopi, setelah dimasukkan ke dalam air mendidih ia justru merubah warna airnya dan mengeluarkan aroma yang khas.

Sang ibu lalu berkata: Pikirkanlah anakku, kamu yang mana? Apakah kamu seperti wortel yang awalnya tegar, kuat, ceria, penuh semangat namun berubah menjadi lunak, lemah, hilang semangat setelah mengalami kesulitan dan tantangan hidup? Atau apakah kamu seperti telur yang semula santai, hatimu tenang dan damai, kemudian hatimu berubah menjadi keras, mudah marah, kaku setelah mendapat ujian dan kesusahan? Atau apakah kamu kopi yang mampu mengubah situasi sulit menjadi peluang yang memunculkan potensi dan bakat terpendam dalam dirimu?

Kisah sang ibu dan anaknya ini hendak menunjukkan bahwa ada tiga tipe manusia dalam menghadapi masalah atau kesulitan hidup. Tipe pertama yaitu tipe orang yang melemah seperti wortel tadi. Awalnya ia tampak kuat, tapi setelah mengalami kesulitan, rasa sakit, tekanan ia mudah depresi atau stres, kehilangan semangat, mudah putus asa.

Tipe kedua yaitu tipe mengeras, seperti telur. Ialah orang yang awalnya lemah lembut, santai, mudah bergaul, ramah tapi setelah ujian hidup datang berupa kesulitan-kesulitan, sakit, ditinggal orang terkasih, atau ujian hidup lainnya akhirnya ia berubah menjadi orang yang kejam.

Tipe ketiga yaitu tipe pengendali seperti bubuk kopi. Ialah orang yang mampu mengubah situasi yang sulit, ekonomi yang sulit, keterbatasan waktu, keterbatasan fisik menjadi peluang meraih kesuksesan.

Ahibati fillah, sebagian kita mungkin pernah merasakan dan mengalami apa yang Mawar- dalam kisah di atas- alami. Sedih, cemas, khawatir, stres, atau bahkan hampir putus asa karena tekanan hidup. Mungkin pula, saat membaca tulisan ini,  anda sedang merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung dibandingkan dengan teman atau orang di sekitar anda. Tapi percayalah, di dunia ini tidak ada seorangpun yang sempurna yang memiliki segalanya tanpa cela. Tidak ada manusia yang tidak diuji dengan kesulitan, kesusahan, kekecewaan, dan yang lainnya. Semua orang pasti pernah mengalaminya. Dan ingatlah orang hebat bukanlah orang yang tidak pernah mengalami kesusahan dalam hidupnya. Tapi justru orang yang banyak mengalami kesusahan dan ia  mampu bertahan dan bersabar menghadapinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kehidupan di dunia ini memang sebagai ujian. Untuk menguji siapakah yang terbaik diantara hamba-hambaNya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ

“yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 2)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS. Al-Baqarah: 155)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ حَتّٰى نَعْلَمَ الْمُجٰهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَا لصّٰبِرِيْنَ  ۙ وَنَبْلُوَا۟ اَخْبَا رَكُمْ

“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS. Muhammad: 31)

Sejarah mencatat bahwa orang-orang hebat justru lahir dari kondisi yang sulit. Manusia yang paling baik-para Nabi dan Rasul justru merekalah yang paling banyak dan paling berat ujian hidupnya. Nabi Nuh misalnya, diuji dengan kaumnya yang membangkang, bahkan juga anak dan istri beliau yang tidak mau menerima dakwahnya, padahal beliau berdakwah selama 950 tahun lamanya. Nabi Ibrahim as harus merasakan dibakar hidup-hidup oleh Namrud dan juga diuji untuk menyembelih anak tercinta yang sekian lama ia nantikan kelahirannya. Nabi Ya’qub harus merasakan kebutaan akibat kesedihan yang mendalam ditinggal pergi Nabi Yusuf, sang putra yang sangat dicintainya. Nabi Yusuf harus merasakan dibenci dan dibuang oleh saudara-saudara kandungnya, ia juga harus memilih kerasnya kehidupan di balik jeruji penjara akibat fitnah dan demi menjaga dirinya dari dosa. Nabi Musa sejak balita sudah terancam nyawanya oleh tirani Firaun yang durjana. Beliau juga harus bersabar menyampaikan dakwah kepada raja paling kejam dan kaum paling pembangkang sepanjang masa. Nabi Isa dengan mukjizat yang luar biasa, terancam dibunuh atau disalib oleh tentara Romawi.

Bahkan, sejarah juga mencatat bagaimana luar biasanya ujian manusia tebaik dan termulia sepanjang masa, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Sejak lahir ia tidak pernah merasakan dekapan hangat dari seorang ayah. Kemudian di usia sangat belia harus ditinggal wafat ibunya. Hingga kemudian beliau diasuh oleh kakeknya yang kemudian kakeknya jga meninggalkannya untuk selama-lamanya. Beliau juga harus menahan kesedihan yang amat akibat ditinggal wafat orang-orang terkasih lainnya mulai dari 3 anak laki-lakinya, istri tercintanya dan juga pamannya yang selalu setia membela. Itu baru satu sisi kesedihan dalam hidup. Belum lagi bagaimana kesusahan dan tantangan ia dalam berdakwah kepada umatnya. Dicaci maki, dihina, dilempari batu, dilempari kotoran, diembargo,  dipersekusi sampai beberapa kali hendak dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Puluhan kali berperang mempertahankan jiwa raganya demi tegaknya Islam juga beliau lakukan. Dan masih banyak lagi kesusahan dan ujian hidup yang luar biasa yang beliau shalallahu alaihi wasallam alami, padahal beliau adalah kekasih Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Sang Pemilik kehidupan.

Ikhwani Filah, ketika kita menghadapi ujian hidup yang berat, janganlah  berputus asa. Ingatlah 3 nasihat baginda Nabi Muhammad SAW ini:

  1. Terkadang ujian hidup adalah bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya. Ketika seseorang mendapatkan kesulitan dan kesusahan hidup bisa jadi Allah sedang menghendaki kebaikan untuknya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda:

” من يريد الله به خيرا يصب منه

“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan mengujinya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

  1. Semakin berat ujian yang dihadapi seorang hamba, maka semakin besar pula kesempatan mendapat cinta Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

ان عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وان الله تعالى إذا أحب قوما ابتلا هم، فمن رضي فله الرضا ومن سخط فله السخط

“Sesungguhnya besarnya balasan – pahala – itu menilik besarnya bala’ yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila  mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela – menerima bala’ tadi, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula.” (HR. At-Tirmidzi dengan kualitas Hasan)

  1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sedang mempersiapkan hadiah syurga bagi kita melalui pahitnya hidup dan ujian yang kita hadapi. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi :

إذا ابتليت عبدي بحبيبيته فصبر عوضته منهما الجنة

“Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya – yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga kerana kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu.” (HR. Al Bukhari)

Maka, orang yang paling bahagia di dunia ini bukanlah orang yang memiliki segala hal terbaik, terenak, dan termudah. Akan tetapi orang yang paling bahagia adalah orang yang mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang ia miliki, menghadapi kesulitan yang Tuhan beri dengan kesabaran, kemudian mengubahnya menjadi peluang meningkatkan kualitas diri menjadi lebih baik dan lebih baik lagi hingga ia menemukan kebahagiaan haqiqi, surga Jannatun na’im..

Wallahu a’lam bishshowab..

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button