Salah satu ciri gerakan muhammadiyah adalah melakukan tajdid yang salah satu sayapnya berupa pemurnian atau purifikasi. Tajdid sendiri meliputi sekurangnya berupa pemurnian akidah dan ibadah, serta pembentukan akhlakul karimah, pembangunan sikap hidup yang dinamis, kreatif, progresif dan berwasasan masa depan, serta pengembangan kepemimpinan organisasi dan etos kerja dalam persyarikatan Muhammadiyah.
TBC (takhayul, bid’ah, churafat) merupakan istilah lama yang sudah populer di kalangan warga persyarikatan. TBC ini bukan nama penyakit fisik, tetapi penyakit agama yang bisa membuat sakit akidah dan ibadah. TBC memang membahayakan maka perlu diwaspadai dan dijauhi. Warga Muhammadiyah, sebagaimana dituntunkan dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, wajib menjauhi dan menolak syirik, takhayul, bid’ah dan khurafat yang menodai tauhid.[1]
Di mata sebagian ahli, masuknya budaya lokal dipandang melahirkan bid’ah atau khurafat. Islam di Asia Tenggara termasuk juga di kawasan Indonesia-dianggap sebagai Islam yang buruk, sinkretis dan nominal atau lebih tegas lagi, Islam di Nusantara hanyalah lapisan tipis di atas kebudayaan lokal, yang mudah mengelupas dalam timbunan budaya setempat.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takhayul bermakna: (sesuatu yang) hanya ada dalam khayal belaka. Kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.[3]
Contoh takhayul yang sampai kini masih melekat dalam diri sebagian umat Islam di tanah air adalah kepercayaan tentang bulan Safar, yaitu bahwa bulan Safar (shofar) adalah bulan naas, bulan yang penuh kesialan. Berkembang juga keyakinan jangan duduk di depan pintu, karena akan susah dapat jodoh.
Di negeri barat berkembang kepercayaan angka 13 sebagai angka sial. Mengutip dari National Geographic Indonesia (2019), Triskaidekaphobia, atau takut akan angka 13 juga berasal dari keyakinan orang Kristen bahwa murid Tuhan yang ke-13, merupakan pembawa petaka dengan berkhianat. Walaupun ada juga kejadian-kejadian buruk lainnya terkait angka 13, seperti kegagalan misi pendaratan di bulan, Apollo 13, yang terjadi pada tanggal 13 April 1970.[4]
Lantas apa itu khurafat? Khurafat, menurut Ibnul Mandzur,
والخُرافةُ الحديثُ الـمُسْتَمْلَحُ من الكذِبِ. وقالوا: حديث خُرافةَ
Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakat menyebut, ‘Beritanya khurafat’
Sumber khurafat adalah kepercayaan dinamisme dan animisme. Dinamisme merupakan kepercayaan adanya kekuatan dalam diri manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan kata-kata. Sedangkan Animisme adalah kepercayaan adanya jiwa dan ruh yang dapat mempengaruhi alam manusia. Khurafat biasanya mengandung cerita-cerita yang mempesonakan yang dibumbui sejumlah kebohongan, atau semua cerita rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat-istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang tidak sejalan ajaran Islam.
Adanya khurafat oleh Nabi segera diluruskan. Di masa Nabi banyak orang menganggap kalau ada gerhana baik matahari atau bulan berarti ada orang yang meninggal dunia atau lahir. Maka keyakinan ini segera diluruskan oleh Nabi.
عن أبي مَسْعُودٍ قال قال النبي صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا [رواه البخاري ومسلم]
Artinya: Dari Abu Masud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan Bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan salat (HR al-Bukhari dan Muslim).
Takhayul dan khurafat umumnya cukup subur di kalangan masyarakat yang kurang terpelajar, walaupun orang terpelajar juga bukan jaminan terbebas sama sekali dari takhayul dan khurafat. Ia juga cukup subur di kalangan sebagian penganut tasawuf atau tarekat. Bahkan sebagian pemuka agama dalam ceramahnya tak segan ‘membual’ dan mendongeng dengan cerita-cerita halu yang alih-alih mencerahkan tapi malah membodohi dan membodohkan umat.
Takhayul dan khurafat tentunya menodai kemurnian tauhid karena dasarnya hakekatnya tidak ada atau rapuh sehingga tidak layak dijadikan kepercayaan atau pegangan. Dalam hal ini sikap Muhammadiyah tegas, untuk masalah akidah dasarnya harus mutawatir seperti Alquran dan hadis mutawatir, atau sekurangnya hadis dengan kualifikasi sahih. Maka tidak ada tempat bagi kepercayaan yang dasarnya rapuh, lemah, diada-adakan dan dikarang sebagian orang yang tidak bertanggung-jawab untuk tujuan tertentu.
Keunggulan faham bebas TBC adalah kita tidak mudah terjatuh dalam kekeliruan atau kesesatan bahkan hal-hal yang membahayakan dan mencelakakan. Akal kita juga tidak terkontaminasi dengan mitos, gugon tuhon, klenik, mistik yang tidak berdasar. Ibadah dan akidah terjaga dari anasir yang bukan berasal dari ajaran Islam yang otentik.
Di daerah tertentu yang masih subur klenik dan mistik masih mudah ditemukan hal-hal yang irrasional diyakini dan dipraktekkan sehingga selain bisa menodai akidah juga membahayakan pelakunya. Percaya kepada dukun yang bisa menggandakan uang sering memakan korban baik berupa penipuan, pencabulan bahkan pembunuhan. Percaya kepada tempat tertentu dikuasai atau ditunggu mahluk gaib mendorong orang untuk memberi sesaji, tumbal, dan sebagainya. Ngalap barakah di makam yang dianggap keramat dengan menciumi batu nisan, atau membawa tanah kuburan dengan keyakinan tertentu. Kepercayaan bulan atau hari baik menyebabkan sebagian masyarakat menunda berbagai kegiatan seperti menikahkan anak, menyunatkan anak, membuka usaha toko, memulai bercocok tanam dan sebagainya dengan alasan menunggu bulan baik. Beruntung hadir paham Muhammadiyah yang membersihkan anasir kepercayaan kurang berdasar tersebut, sehingga masyarakat tercerahkan dan tentunya juga terselamatkan dari penodaan tauhid dan tidak mudah tertipu oleh oknum yang tidak bertanggung-jawab.
[1] PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, ( Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2022), hlm. 64.
[2] Periksa JC. Van Leur, Indonesia Trade and Society (Den Haag: van Hoeve, 1955), hlm., 169.
[3] https://kbbi.web.id/takhayul, diakses 29 Agustus 2023.
[4] https://id.wikipedia.org/wiki/Triskaidekafobia, diakses 29 Agustus 2023.