Khutbah Idul Fitri : Jangan (Mau) Kalah Setelah Menang
Oleh : Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag (Dosen UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah)
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛ فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هو الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ. اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Jamaah Salat Idul Fitri Rahimakumullah
Pujian dan sanjungan kita haturkan ke hadirat Allah SWT seraya mengagungkan asma-Nya yang Maha Besar, karena pagi ini kita diberi kesempatan menyaksikan hari yang agung, hari raya Idul fitri yang kita nanti selama ini. Hari raya Idul fitri adalah hari raya yang pantas dirayakan. Kita semua umat Islam pantas gembira dan bahagia menyambutnya, tentunya dalam batas-batas kepatutan dan kewajaran. Bahkan sebagian orang sering mengatakan hari raya Idul fitri adalah hari kemenangan orang yang berpuasa, mengingat sebulan penuh ia berhasil mengatur dan mengendalikan hawa nafsunya dengan baik.
Namun, menganggap dan merasa pada 1 Syawal ini kita sudah menang, ini sering melenakan banyak orang. Seolah-olah kalau sudah berhari raya, kemenangan sudah diraih dan perjuangan telah usai. Padahal kalau kita mau renungkan dengan jujur dan seksama, banyak orang selepas bulan Ramadhan dan begitu memasuki 1 Syawal berada pada titik awal “kekalahan”. Dalam sekejap atau sehari, pendidikan selama bulan Ramadhan seperti hilang tak berbekas. Ia kembali makan minum dengan lahap dan rakusnya, belanja sepuasnya walau kurang perlu, pamer keberhasilan terhadap sesama, pesta petasan hingga memekakkan telinga tanpa tahu batas kewajaran, boros membelanajkan uang yang kurang tepat dan bermanfaat, bahkan naudzu billah ada yang di malam hari raya malah pesta miras alias mabuk-mabukkan. Namun orang yang berperialku demikian ini, boleh jadi bukan alumni Ramadhan alias hanya orang yang numpang berlebaran tanpa mengikluti kurikulum madrasah Ramadhan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Lailahaillallah Allahu Akbar Allahu akbar walillahil hamd
Hadirin yang berbahagia
Sebagai alumni madrasah Ramadhan dengan predikat muttaqin, kita semestinya tetap menjaga spirit dan ajaran Ramadhan. Kita pertahankan amaliah dan kebiasaan positif bernilai ibadah selama mungkin. Jika karena satu dan lain hal belum bisa meningkat di bulan Syawal ini, paling tidak masih bisa kita pertahankan. Jika belum mampu lagi, setidak-tidaknya jangan sampai turun drastis. Amalan dan kebiasaan baik selama Ramadhan hendaknya kita jaga dan pertahankan seperti masih sering mengerjakan puasa sunnah, rajin memakmurkan masjid, gemar tadarus Alquran, suka bersedekah, giat menghadiri majelis taklim dan lain sebagainya. Jangan samapai begitu masuk Syawal kebiasaan baik selama Ramadhan itu menguap begitu saja.
Hadirin yang berbahagia
Setelah kita memasuki bulan syawal ada beberapa hal yang kurang pas namun mudah kita temukan setelah keluar bulan Ramadhan ini.
Pertama, Meninggalkan begitu saja amaliah-amaliah utama di bulan Ramadhan yang sudah terbentuk, seperti tidak lagi menegakkan qiyamul lail, tidak memakmurkan masjid, malas membaca Alquran, jarang bersedekah dan sebagainya.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan, sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Sya’ban saja. Kita saat ini juga bisa mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Ramadhaniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya beribadah pada bulan Ramadhan saja.
Nabi sendiri mencontohkan sebagaimana diinformasikan oleh Bunda Aisyah.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Kedua, mulai memperturutkan hawa nafsu. Jika selama Ramadhan ia menjadi tuan nafsunya, maka begitu memasuki Syawal pelan dan berangsur, nafsunya menjadi tuan kembali. Mestinya setelah puasa usai pun kita harus mengendalikan terus nafsu yang cenderung pada keburukan dan kesesatan. Allah mengingatkan :
وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللّهَ
Artinya, “…dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (Q.S. Shad: 26).
Ketiga, Ekspresi kegembiraaan yang berlebihan. Hari raya memang kita pantas bergembira, tapi tetap sewajarnya saja. Jangan meluapkan kegembiraan sampai terjatuh dalam perbuatan tabdzir dan bahkan nyerempet maksiat. Di sisi lain, kita mestinya juga sedih karena baru saja meninggalkan Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih bersua kembali.
Termasuk yang perlu kita kendalikan adalah masalah makan dan minum. Ingat, baru sebulan kita mengontrol makan dan minum jangan sampai masuk 1 Syawal seperti bendungan jebol dengan makan minum berlebihan dan berbagai macam aneka maanan dan minuman yang bisa-bisa akan membuat sakit tubuh kita. Allah mengingatkan :
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Qs.Al-A’raf:31)
Allahu akbar Allahu Akbar Walillahil hamd
Jamaah salat idul fitri yang saya muliakan.
Keempat, sikap Boros dalam membelanjakan uang seperti dibelanjakan hal yang tidak terlalu dibutuhkan dan kurang bermanfaat dan terkadang menjurus maksiat. Berapa banyak uang umat Islam yang dihabiskan untuk beli petasan, mercon, kembang api yang sangat boleh jadi jumlahnya melebihi zakat fitri atau infaknya selama Ramadhan.
Orang berimanan tentu tahu kemana uangnya harus dibelanjakan, tentunya untuk kebaikan dan kemaslahatan diri, keluarga dan masyarakat. Membelanjakannya pun tetap harus proporsional dan pertengahan, tidak terlalu boros namun juga tidak terlalu kikir.
Allah Swt, berfirman :
وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, tetapi pembelanjaan yang berada tengah-tengah.(Qs Al-Furqan:67)
Bahkan dalam urusan kebaikan pun semisal memberi uang lebaran kepada kerabat, orang msikin dan ibnu sabil tetap diingatkan supaya tidak boros, Allah menjelaskan :
وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
“Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, [juga kepada] orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan [hartamu] secara boros,” ( Al-Isra’ : 26)
Kelima, Pembelian petasan secara berlebihan. Tidak sedikit ulama memberi fatwa, haram hukumnya membeli petasan. Namun rupa-rupanya masih banyak yang melakukannya. Petasan secara umum lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya. Di samping membahayakan diri sendiri dan orang lain, ia juga mengganggu dan bahkan mengangetkan banyak orang. Bahkan yang beli dan membunyikan mercon ia sendiri menutupi telinganya alias tidak mau mendengarkan, bagaimana dengan orang lain yang tidak membeli? Kok disuruh mendengarkan?
Orang yang berislamnya sudah bagus tentunya mengamalkan sabda Nabi ini. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda bagusnya Islam seseorang adalah sanggup meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi)
Allahu akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Keenam, Suka dan mudah minta maaf namun terkadang lupa suka memberi maaf. Ingat, suka memberi maaf itu lebih mulia dan jadi penentu hapusnya dosa sesama, bukan meminta-minta maaf yang jika tidak bertemu orang yang suka memaafkan, maka dosanya belum terangkat. Dalam Alquran pun akan lebih mudah menemukan ayat yang menyuruh kita suka memaafkan alias menjadi pemaaf. Kita ambil contoh misalnya Surat An-Nuur ayat 22:
وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“…Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Jadi untuk keseimbangan, di samping kita suka meminta maaf, maka jangan lupa juga untuk suka memberi maaf, bahkan akan lebih mulia lagi jika kita rela memaafkan kepada siapa saja meskipun yang bersangkutan tidak meminta maaf.
Demikian khutbah idul fitri pagi ini, selanjutnya mari kita akhiri dengan doa.
الحمد لله حمدًا كثيرًا طيبًا مُباركًا فيه كما يُحب ربُّنا ويَرضي اللَّهُمَّ يَا سَمِيعَ الدَّعَوَاتِ ، ، يَاقَاضِيَ الحَاجَاتِ ، يَا كَاشِفَ الكَرُبَاتِ ، يَا رَفِيعَ الدَّرَجَاتِ ، وَيَا غَافِرَ الزَّلاَّتِ ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيْمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللَّهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. اَلَّلهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّآ صَلاَتَنا و صِيَامَنَا وَجَمِيعَ عِبآدَتِنآ بِرِضآكَ وَفَضْلِكَ الْكَرِيْم وَتُبْ عَلَيْنآ إِنَّكَ أَنْتَ التَوَّابُ الرَّحِيْمُ . رَبَّنآ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنآ بَعْدَ إِذْ هَذَيْتَنآ وَهَبْ لَنَآ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ الْوَهَآبُ. رَبَّنآ هَبْ لَنَآ مِنْ أَزْوَاجِنَآ وَذُرِّيَتِنَآ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَآ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرِ.
واَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ
- Disampaikan Rabu 1 Syawal 1445 H/ 10 April 2024 M di Alun-alun Kendal Jawa Tengah.