Khutbah Jum’at: Jangan Pisahkan Zakat dari Salat
Oleh : Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag. (Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah, Ketua MUI Batang)
اَلْحَمْدُ لِله الذي أنْعَمَ عَلَيْنا بِالْأَمْوَالِ، وأَبَاحَ لَنا التَكَسُّبَ بِهَا عَنْ طَرِيقِ الْحَلالِ، وشَرَع لَنَا تَصْرِيْفِها فِيْما يَرْضَي الكَبِيرُ المُتَعَال، وأشهد أَنْ لَا إله إِلا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه ، وأشهدُ أنّ مُحَمداً عَبدُه ورَسُولُه ، َصَلّى الله عَلَيْهِ وَعَلى آله وَأصْحَابِه وَمَن تَبِعَهُمْ بِإحْسَان، وسَلّمَ تَسْليما.أمّا بعد :فَيا أيُّهَا النَاس، اتَّقُوا الله تَعَالَى، وأَدُّوا مَا أَوْجَبَ الله عَليكُم فِي أمْوَالِكُم التِي رَزَقُكُمُ الله، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Puji syukur yang mendalam marilah senantiasa kita haturkan ke hadirat Allah SWT. Sebagai khatib tidak bosan selalu berpesan, marilah kita jaga keimanan dan ketaqwaan kita, serta kita pupuk dan kokohkan dan kita pertahankan sampai maut menjemput kita semua.
Salah satu rukun Islam yang kurang mendapat perhatian sewajarnya adalah zakat. Padahal ia adalah salah satu pilar Islam yang harus ditegakkan sebagaimana salat. Bahkan dalam Alquran jika kita gunakan software maktabah syamilah tidak kurang 26 ayat zakat disebut bersama salat. Ini menunjukkan bahwa salat dan zakat dua hal yang tidak boleh dipisahkan. Para pemakmur masjid oleh Allah disebutkan memiliki ciri menegakkan salat sekaligus menunaikan zakat. Sebagaimana bisa diperhatikan dalam ayat berikut :
اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-Taubah: 18)
Jadi kita semua yang tiap hari hadir memakmurkan masjid ini jangan hanya menegakkan salat namun abai dan lupa menunaikan zakat. Malulah kita kepada Allah jika menunaikan hak-hak Allah tapi lupa menunaikan hak-hak sesama terutama kaum dhuafa.
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Saking pentingnya zakat, zakat juga sudah diwajibkan dan diberlakukan pada umat-umat sebelumnya. Nabi Isa AS pun mendapat wasiat khusus dari Allah untuk menegakkan salat sekaligus menunaikan zakat. Kita perhatikan ayat berikut :
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
“dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;” (QS Maryam 31)
Jika berkaca di masa sahabat, betapa khalifah Abu Bakar ra, menyatakan perang kepada siapa saja yang tidak mau membayar zakat padahal ia mampu. Menurut Abu Bakar ra, orang-orang yang mengingkari perintah zakat sama halnya dengan mengingkari perintah saalat, yang berarti orang itu telah keluar dari Islam atau murtad.
Setelah kita tahu kewajiban zakat bagi yang hartanya sudah nishab, maka marilah kita tunaikan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, kita bayar dan kita serahkan ke lembaga zakat yang resmi dan berizin, bukan lagi masanya kita serahkan dan dibagi sendiri ke kalangan mustahiq. Bagi warga Muhammadiyah tentu berzakatnya diserahkan ke Lazismu di dekat kediamannya.
Jika kesadaran itu belum ada, maka amil-amil zakat yang berizin berhak dan boleh mendatangi secara aktif untuk meminta hak-hak harta kaum fakir yang berada di tangan orang kaya. Mengenai dasar boleh mengambil harta orang kaya yang tidak mau membayar zakat bisa diperhatikan ayat berikut :
خُذۡ مِنۡ أَمۡوٰلِهِمۡ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمۡ وَ تُزَكّۡيۡهِمۡ بِهَا …
“Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka …” (QS. at-Taubah: 103)
Selain itu, orang kaya hendaknya ingat dan sadar bahwa dalam hartanya ada hak fakir miskin yang dititipkan Allah dalam hartanya. Allah berfrman :
وَفِيْٓ اَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّاۤىِٕلِ وَالْمَحْرُوْمِ
Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta (QS. Al-Dzariyat: 19).
Hak dimaksud dalam ayat tersebut menurut Ibnu al-Arabi yang disetujui al-Qurthubi adalah zakat. Jadi dalam harta orang kaya ada kewajiban zakat yang menjadi hak orang miskin, baik yang meminta maupun tidak. Namanya saja hak, ya harus diberikan kepada empunya hak. Jika hal ini tidak dilaksanakan sama saja ia telah berkhianat terhadap amanah yang dititipkan kepadanya.
Hadirin jamaah Jumat yang berbahagia.
Marilah kita renungkan ancaman Allah bagi orang yang hanya menyimpan-nyimpan kekayaan untuk dinikmati sendiri, sedang kewajiban zakat tidak ia tunaikan. Allah berfirman :
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ، يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنتُمْ تَكْنِزُونَ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.” [At Taubah:34,35].
Merenungkan ancaman di atas, jangan bangga dan senang dulu dengan harta menumpuk dalam genggaman kita, karena bisa jadi ia malah menjadi bara api yang akan membakar diri kita kelak di akhirat jika hak-hak harta tidak kita tunaikan sebagaimana mestinya.
Memang syetan tidak tinggal diam ketika melihat orang mau berzakat, ia membisikkan dan menakut-nakuti kalau bayar zakat kita akan jatuh miskin, padahal jika zakat kita tunaikan Allah akan menjanjikan ampunan dan karunia yang besar, tinggal kita lebih yakin dengan janji siapa? Janji Allah atau syetan? Allah berfirman :
ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui. (QS. Al-Baqarah: 268)
Demikian khutbah pertama saya sampaikan, semoga kita termasuk orang-orang yang rutin, sadar dan ikhlas dalam berzakat dengan menyalurkan pada lembaga-lembaga zakat resmi yang memiliki izin operasional seperti Lazismu.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah Kedua
الحمد لله حَمْداً كَثِيراً كَمَا أَمَرَ، وأَشْكُرُهُ وقَدْ تَأذّنَ بِالزِيَادَة لِمَن شَكَرَ لَهُ .اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ .وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag
[1] Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah, Ketua MUI Batang