Jadi orang baik, saleh, bertaqwa itu baik dan mestinya memang demikian. Namun merasa lebih baik, apalagi paling baik, disertai menganggap enteng dan remeh orang lain yang mungkin belum sebaik kita bisa menipu dan mencelakakan diri sendiri. Apalagi punya kebiasaan memvonis dan memastikan orang lain yang secara zahir masih suka menjalankan dosa sebagai (pasti) ahli neraka dan terlarang masuk surga, dan Allah tidak mungkin mengampuninya, amatlah membahayakan dirinya sendiri. Untuk itu marilah kita fahami dengan seksama cerita Nabi berikut ini.
Dalam salah satu hadis sahih dari Abu Hurairah dikisahkan. Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
« كَانَ رَجُلاَنِ فِى بَنِى إِسْرَائِيلَ مُتَآخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِى الْعِبَادَةِ فَكَانَ لاَ يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ أَقْصِرْ. فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ أَقْصِرْ فَقَالَ خَلِّنِى وَرَبِّى أَبُعِثْتَ عَلَىَّ رَقِيبًا فَقَالَ وَاللَّهِ لاَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ لاَ يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ. فَقُبِضَ أَرْوَاحُهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ أَكُنْتَ بِى عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِى يَدِى قَادِرًا وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِى وَقَالَ لِلآخَرِ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ ». قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ. )سنن أبي داود ـ (4/ 427)
“Ada dua orang laki-laki dari bani Isra’il yang saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat beribadah. Orang yang giat beribadah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, “Berhentilah.” Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, “Berhentilah.” Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, “Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!” Ahli ibadah itu berkata, “Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.”
Dikisahkan, Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Tuhan semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: “Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?” Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: “Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku.” Dan berkata kepada ahli ibadah: “Pergilah kamu ke dalam neraka.” Abu Hurairah berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya.” (HR Abu Dawud, disahihkan al-Albani)
Sekilas tampak aneh riwayat ini, bagaimana nasib orang giat beribadah akhirnya masuk neraka, dan nasib orang yang gemar berbuat dosa akhirnya malah masuk surga, tapi demikianlah adanya. Orang yang sekilas tampak saleh bisa masuk neraka, dan orang yang sekilas tampak ahli maksiat namun malah masuk surga. Walau masuknya orang beriman ke surga tidaklah abadi atau selamanya dalam keyakinan ahlus sunnah waljamaah.
Perlu diketahui, ada hal yang membuat Allah murka dengan perilaku orang ahli ibadah tadi yakni ketika ia bersumpah menggunakan asma Allah untuk memastikan seseorang tidak akan diampuni dan memastikan orang tidak akan masuk surga. Padahal hal seperti ini mutlak menjadi wewenang Allah SWT, bukan ranah manusia untuk memastikan seseorang masuk neraka atau surga. Selain itu, bisa jadi orang saleh tadi merasa ujub dan takabur dengan kebaikan dan ibadahnya, sementara orang yang berdosa tetap mengakui dosanya dan masih penuh harap rahmat dan ampunan Allah SWT, sehingga akhirnya Allah mengampuni dan memasukkannya ke surga dengan rahmat-Nya.
Sadar atau tidak, di masyarakat mulai mudah kita temukan seseorang yang mungkin dilabeli ustadz dengan garang dan angkuhnya di mimbar memvonis seseorang pasti masuk neraka, atau memastikan dirinya masuk surga, kayak merasa sudah dapat SK panitia akhirat saja. Berhati-hatilah dengan sikap seperti ini, karena di akhirat nanti bisa terjadi malah sebaliknya.
Ingatlah, ketika seseorang membuat orang berdosa, apalagi dosa besar, putus asa dari rahmat dan ampunan Allah SWT, maka orang itu sebenarnya sedang mengundang murka dari Allah SWT, karena Allah berjanji akan mengampuni seluruh dosa manusia kalau ia mau bertaubat. Lantas atas dasar apa ada manusia lancang yang menghalangi ampunan ini?
Patut direnungkan pula hadis dalam Sahih Muslim di bawah ini :
عَنْ جُنْدَبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَدَّثَ « أَنَّ رَجُلاً قَالَ وَاللَّهِ لاَ يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلاَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ ذَا الَّذِى يَتَأَلَّى عَلَىَّ أَنْ لاَ أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ فَإِنِّى قَدْ غَفَرْتُ لِفُلاَنٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ ». أَوْ كَمَا قَالَ. صحيح مسلم ـ مشكول وموافق للمطبوع (8/ 36)
Dari Jundab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bercerita: “Pada suatu ketika ada seseorang yang berkata; ‘Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni si fulan.’ Sementara Allah berfirman: ‘Siapa yang bersumpah dengan kesombongannya atas nama-Ku bahwasanya Aku tidak akan mengampuni si fulan? Ketahuilah, sesungguhnya Aku telah mengampuni si fulan dan telah memutuskan amal perbuatanmu.” Kurang lebih begitulah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.(HRMuslim)
Jadi jangan rampas harapan orang, sekalipun pendosa berat sekalipun, dari rahmat dan ampunan Allah SWT. Karena rahmat dan ampunan Allah lebih besar dan luas dibanding dosa dan kesalahan hamba-hamba-Nya.