Khutbah Jum’at : Hartamu Bisa Kekal dan Abadi
Oleh : Ustadz Isa Anshory ( Majelis Tabligh PWM Jateng(
Khutbah Pertama
ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيئات اعمالنا فمن يهد الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له، اشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له واشهد انّ محمّدا رسول الله عبده ورسوله
اللهم صل و سلم وبارك على نبينا و شافعنا ومولانا محمد وعلى آله واصحابه ومن تبعهم اجمعين، اما بعد :
فياايها الناس اتقوا الله حق تقاته ، عليكم بتقوى الله فانه رأس على كل عمل كما قال تعالى : ((يا ايها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن وانتم مسلمون ))
(( ياايها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا يصلح اعمالكم ويغفرلكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما ))
Ma’asyirol Muslim, Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Marilah, pada kesempatan yang sangat baik, dihari yang terbaik disisi Allah, izinkan menyampaikan wasiat kepada jama’ah shalat jum’at – rahimakumullah – agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Bertakwa dengan sebenar-benarnya merupakan tujuan dari Allah ciptakan kita sebagai manusia, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Adz Dzariyyat : 54 “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. Ibadah kepada Allah sudah pasti dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ma’asyirol Muslim, Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Ada sebuah rumus kehidupan yang telah Allah sebutkan di dalam Al Quran. Rumus tersebut terdapat pada QS. An-Nahl ayat ke 96, dimana Allah berfirman :
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
Artinya : “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”
Paling tidak ada dua point dari rumus kehidupan pada ayat ini. Pertama, apapun yang berkaitan dengan manusia secara fisik dan materi pasti akan lenyap. Yang sekarang merasa masih muda nanti akan menjadi tua, tenaga melemah tidak sekuat pada masa muda, rambutnya berubah putih atau rontok, kulit keriput tidak seelok masa dulu, berjalannya yang dulu gesit dan cepat, mulai melambat dan kadang-kadang perlu dengan alat bantuan, kemudian mati. Itulah kebinasaan dalam fisik manusia, tidak ada yang abadi dan utuh.
Begitupun juga harta yang dicari-carinya selama masih bekerja. Dia mati-matian mencarinya, harus rela bergadang lemburan demi dapat bonusan. Jungkir balik badan tidak karuan, tidak mengenal waktu, bahkan kadang-kadang dalam bekerja suka lupa dengan ibadah kepada Allah. Ternyata harta yang didapatkan dengan susah payah itupun akan binasa. Binasa karena dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan dan kesenangan duniawi atau hilang atau dicuri orang lain. Kita yang meninggalkan harta ataupun harta itu sendiri yang akan meninggalkan kita.
Tetapi ada harta yang akan abadi dan kekal yaitu harta yang kita titipkan kepada Allah SWT. Ada sebuah kisah dari seorang ulama Bernama Hatim al-Asham ketika ditanya oleh gurunya yang bernama Syaqiq al-Balkhi, “Wahai muridku, engkau telah belajar kepadaku selama 33 tahun, coba sebutkan pelajaran apa saja yang telah engkau dapatkan.” Hatim kemudian menjawab, “ada 8 pengetahuan wahai guruku.”
Tentunya 8 pengetahuan ini merupakan super intisari dari pelajaran selama 33 tahun menjadi murid. Salah satunya pengetahuan ini disampaikan kepada gurunya “Sesungguhnya aku melihat seluruh manusia. Aku melihat setiap orang yang memiliki sesuatu yang berharga dan bernilai, maka ia akan mengangkat dan menjaganya. Kemudian aku melihat firman Allah azza wa jalla:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللهِ بَاقٍ
“Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”(QS. An-Nahl: 96)
Sehingga, setiap aku memiliki sesuatu yang bernilai dan berharga, maka aku titipkan kepada Allah agar tetap terjaga di sisi-Nya. Betapa cerdasnya kesimpulan dari Hatim ini, ia tidak ingin repot dan takut dengan berkurang dan kehilangan hartanya, ia titipkan kepada Allah, Dzat yang Maha Menjaga dan Mengetahui amalan hamba.
Ma’asyirol Muslim, Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Point yang kedua, apapun yang kita titipkan kepada Allah, maka ia akan abadi. Seperti halnya Hatim memilih cara yang sangat brilian, agar sesuatu yang dimilikinya bisa abadi, tidak hilang, ia menitipkannya kepada Allah, karena keyakinannya, apa yang disisi Allah pasti kekal.
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, “bahwa pahal untuk kalian di Jannah, kekal tidak terputus, tidak ada binasa, tidak lenyap ataupun hilang.” Hal ini mengingatkan kepada kita sebuah riwayat, ketika ummul mukminin Aisyah r.a ditanya oleh Nabi SAW tentang kambing yang disembelih, ia menjawab, “Sudah habis disedekahkan, yang tersisa hanyalah sebelah sampilnya saja.” Maka nabi menyanggah itu seraya berkata,”Semuanya masih utus, yang habis sebelah sampilnya. (HR. Muslim)
Ma’asyirol Muslim, Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Orang yang berinfaq tidak akan merugi. Hartanya tidak hanya tidak hilang, bahkan bisa berkembang. Allah sendiri yang menyampaikan dalam al-Quran :
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya : ”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Hubungan antara infak dengan hari akhirat erat sekali. Betapa mujurnya orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah, orang tersebut seperti seorang yang menyemaikan sebutir benih di tanah yang subur. Benih itu menumbuhkan sebatang pohon, dan pohon itu bercabang menjadi tujuh tangkai, setiap tangkai menghasilkan buah, dan setiap tangkai berisi seratus biji, sehingga benih yang sebutir itu memberikan hasil sebanyak 700 butir. Ini berarti tujuh ratus kali lipat.
Bayangkan, betapa banyak hasilnya apabila benih yang ditanamnya itu lebih dari sebutir.
Dalam suatu riwayat disebutkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia berkata, “Seorang lelaki telah datang membawa seekor unta yang bertali di hidungnya lalu orang tersebut berkata, “Unta ini saya nafkahkan di jalan Allah”. Maka Rasulullah saw bersabda, “Dengan nafkah ini, Anda akan memperoleh di akhirat kelak tujuh ratus ekor unta yang juga bertali di hidungnya.” (Riwayat Muslim). Allahu Akbar, betapa banyaknya kelipatan yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Nabi SAW sering memuji dan memotivasi, tidak akan pernah rugi dan sengsara orang yang gemar berinfaq di Jalan Allah.
Ma’asyirol Muslim, Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah
Umur boleh terbatas, tapi catatan amal kebaikan jangan sampai terbatas. Umur boleh jadi hanya 60 atau 70 tahun, tetapi catatan amal harus melebihi umur. Nabi SAW pernah menyampaikan tentang tiga amalan yang senantiasa akan mengalir kepada seseorang walaupun sudah meninggal, dan salah satunya adalah Shodaqotun Jaariyah yakni amalan shodaqoh. Betapa nikmatnya dan beruntungnya orang tersebut. Jasadnya istirahat dengan tenang tetapi catatan amal terus menambah. Subhanallah wa Masya Allah.
Inilah penjelasan tentang makna harta kekal dan langgeng tersebut. Langgeng lantaran kebaikan dari infaqnya masih berjalan terus, dan kekal lantaran dititipkan kepada Dzat yang Maha Hidup dan abadi. Oleh karena itu hendaknya setiap muslim berlomba-lomba dalam meraih pahala yang sanggat menggiurkan ini. Jadikanlah orientasi kehidupan akhirat harus diutamakan daripada kehidupan dunia. Semoga Allah memudahkan kita dalam berinfaq di jalan-Nya, membantu kebutuhan kaum muslimin dan meringankan orang yang kekurangan.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
لْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَالكَسَلِ ، والبُخْلِ والهَرَمِ ، وَعَذَابِ القَبْرِ ، اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا ، وَزَكِّها أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا ، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا
اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ