
Oleh: Gigih Setianto, M.Pd.I (Sekretaris Majelis Tabligh PWM Jateng, Dosen Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan)
MAKNA DZIKIR
Dzikir secara Bahasa berarti ingat atau mengingat. Sedangkan secara istilah dzikir bermakna ingat kepada Allah SWT dalam qalbu (hati sanubari), lisan dan perbuatan. Dzikir dalam qalbu berarti mengingat Allah bahwa Allah selalu membersamainya. Dzikir dalam lisan berarti menyebut dan memuji Allah dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang baik ataupun kalimat dari Firman-Nya. Dzikir dalam perbuatan adalah ibadah menghambakan diri kepada-Nya yang dimulai dari ibadah shalat.
IMAN DAN MURAQABAH
Orang yang mampu menghadirkan qalbu yang selalu mengingat Allah adalah orang yang yakin akan kebenaran, petunjuk dan kekuasaan Allah, yang secara singkat disebut sebagai orang yang beriman. Iman inilah yang menjadikan seseorang tunduk dan taat kepada Allah. Iman inilah yang menjadi dasar dilaksanakannya amal shalih sehingga bernilai ibadah di sisi Allah. Tanpa iman seseorang akan sulit dan jauh dari dzikir.
Allah secara tegas memerintahkan orang yang beriman untuk senantiasa berdzikir dengan sebanyak-banyaknya, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al Ahzab (33) : 41.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya
Dengan dasar iman itulah orang akan selalu berdzikir dan selalu hidup dengan petunjuk Allah dan akhirnya selalu bertawakal atas segala yang telah diusahakan. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al Anfal: 2
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. QS. Al-Anfal: 2
Orang yang beriman adalah mereka yang yakin akan selalu diawasi oleh Allah. inilah yang disebut dengan muraqabah. Iman dan Muraqabah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang benar-benar beriman adalah mereka yang yakin akan muraqabahnya Allah. Sehingga dengan itu dia senantiasa berdzikir kepada Allah.
Allah sering mengingatkan dalam firmannya bahwa kehadiran-Nya akan selalu ada setiap saat dan tidak akan luput atau dapat dihalangi oleh tabir apapun. Pengetahuan, penglihatan dan pendengaran Allah tidak terbatas oleh jarak, waktu, cahaya, ukuran dan media. Allah berfirman dalam QS. Al Fajr (87): 14
إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلْمِرْصَادِ
Artinya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَخْفَىٰ عَلَيْهِ شَىْءٌ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِى ٱلسَّمَآءِ
Artinya: Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.
DOA DAN TAWAKAL
Dzikir tidak bisa dipisahkan dari doa, Doa secara Bahasa berarti permohonan, permintaan dan seruan. Sedangkan secara istilah berarti permohonan seorang hamba kepada Allah dengan penuh pengharapan untuk tercapai yang diinginkannya atau terhindar dari bahaya yang tidak diinginkannya.
Orang yang berharap doanya terkabul adalah orang yang jiwanya senantiasa berdzikir kepada-Nya. Doa juga merupakan salah satu bentuk dzikir, yang mana orang yang berdoa adalah orang yang qalbunya ingat Allah dan berharap permohonannya dikabulkan oleh Allah.
Selain permohonan, doa juga merupakan ibadah kepada Allah karena berdoa adalah perintah Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Mu’min: 60
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
Permohonan yang disampaikan sesuai dengan tuntunan Allah, maka akan dikabulkan oleh Allah, Allah berfirman dalam QS. Al Baqoroh(2): 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Jika Dzikir kepada Allah tidak bisa bertahan, jiwa tidak tenang dan segala doa tidak dikabulkan maka kita perlu muhasabah, jangan jangan dzikir dan doa kita belum sesuai dengan tuntunan Allah dan Rosulullah.
Dzikir dan Doa juga merupakan bentuk penyerahan diri kepada Allah atas segala kuasaNya. Penyerahan diri total yang didasari iman, setelah dilakukan usaha dan memperbaiki diri inilah yang dinamakan dengan tawakal. Allah berfirman dalam QS. Ali Imron(3): 159
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Bertawakal kepada Allah telah dicontohkan oleh Rasululloh, dalam hadits dari Abu Bakar Ash Shiddiq menceritakan bahwa tatkala hijrah, Rasulullah SAW bersamanya lari dari kejaran kaum kafir quraisy dengan ancaman dibunuh. Lalu mereka bersembunyi di gua kecil disebuah gunung. Abu Bakar sangat cemas karena kaum kafir sudah sampai dimulut gua kecil ini. Dengan penuh iman dan tawakal Rasulullah menenangkan Abu Bakar, tidak perlu takut dan gentar karena ada Allah yang membersamai. Tawakal seperti ini menghantarkan Rasulullah dan Abu Bakar terhidar dari bahaya dan selamat.
Begitu juga dengan urusan rizki, sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa siapa yang benar-benar bertawakal akan diberi rizki dan hasil dipenghujung usahanya, laksana burung yang keluar sarang di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembalinya dalam keadaaan kenyang. Burung kecil yang belum tentu ada tempat yang tetap untuk mencari makan tiap harinya. Namun tiap hari keluar sarang, terbang, mencari makan, dipenghujung usahanya ada makna tawakal. Allah SWT tunjukkan dan berikan hasil yang diharapkan.
Tawakal ini harus disertai dengan ikhtiar, seperti Kisah Nabi Musa waktu dikejar Firaun, kisah ibunda Nabi Isa, Maryam ketika mau melahirkan, kisah siti Hajar waktu mencari air dengan berlari dari shofa ke Marwa bolak balik dan masih banyak kisah-kisah lain memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya ikhtiar yang harus satu paket dengan tawakal dan Allah akan berikan yang terbaik untuk kita.
Seorang muslim tidak boleh putus asa. Ia harus senantiasa berikhtiar dengan sebaik-baiknya yang diiringi dengan bertawakal kepada Allah. Inilah makna sebuah tawakal, yang dilakukan setelah melakukan Azzam perencanaan, persiapan, proses, dan usaha yang sebaik-baiknya. Tawakal setelah adanya Azzam dan ikhtiar menunjukan kepada kita bahwa penyerahan diri kepada Allah adalah penyerahan diri yang terucap dalam kalimat “Cukuplah bagi kami Allah, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami”.
Hanya yang jiwanya beriman dan qalbunya berdzikir selalu yakin ada Allah tempatnya bersandar dan menyerahkan segala urusan. Allah tempat mengembalikan segala hasil dan keputusan sehingga keputusasaan, frustasi, depresi dan bentuk penyakit kejiwaan lainnya tidak terjadi.