KhutbahKhutbah Idul Adha

Khutbah Idul Adha : Keteladanan Nabi  Ibrahim As.

Oleh: Mukhamad Aliun, M.Pd.(Majelis Tabligh PWM Jateng)

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا إِلَـى اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَأَمَرَناَ بِشَرِيْعَةِ نُسُكِ الْحَجِّ إِلَـى الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَرْشِ الْعَظِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْهَـادِي إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَالصَّلاَةُ  وَالسَّلاَمُ عَلَي النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَي آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُتَمَسِّكِيْنَ بِالدِّيْنِ الْقَوِيْـمِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ وَالْمُسْلِمَاتُ رَحِمَكُمُ اللهِ، أُوْصِي بِنَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لِتَـفُوْزُوْا بِالْجَنَّةِ النَّـعِيْمِ، وَالسَّلاَمَةِ مِنَ الْعَذَابِ اْلأَلِيْـمِ. كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَي فِي كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ.

الله أكبر الله أكبر، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلَا لآإِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. 

Alhamdulilah, puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadhirat Allah SWT, atas segala nikmat, kesehatan, kesempatan, keselamatan, perlindungan, karunia dan rahmat-Nya, pagi ini kita semua dapat bersama-sama melaksanakan shalat Idul Adha 1445 H.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa menjadikan beliau sebagai suri tauladan yang baik hingga akhir hayat.

Selanjutnya marilah kita bersama-sama untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, dengan taqwa yang sebenar-benarnya dan janganlah sekali-kali mati melainkan dalam keadaan muslim, yakni tingkat kepasrahan (ketaatan dan ketundukan) yang tinggi di hadapan Allah SWT.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Alhamdulillah pada hari yang berbahagia ini, yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah 1445 H, umat Islam di dunia sedang merayakan hari raya Idul Adha, terlebih bagi kita warga Indonesia yang kita cintai ini, kita kembali menjadi saksi betapa luasnya rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada kita semua. Gema takbir, tahlil dan tahmid menggema seantrero negeri, mengagungkan, mensucikan dan memuji nama Allah SWT. Setelah beberapa bulan yang lalu Allah SWT menempa kita dengan madrasah Ramadhan, hari ini Allah SWT kembali menempa kita dengan madrasah dan bulan mulia yang lain, yakni bulan Dzulhijjah, khususnya 10 hari yang pertama.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Adapun keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, di antaranya yang pertama, Allah SWT menurunkan surah Al-Maidah ayat 3 setelah Nabi SAW menyampaikan Khutbah Wada’: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Adapun point pertama isi pesan khutbah wada’ Nabi SAW adalah beliau mengingatkan sebuah perkara yang sangat penting dan besar dalam kehidupan manusia, bahwa darah, harta dan kehormatan umat Islam itu terjaga, seperti terjaganya bulan ini bulan Dzulhijjah, seperti terjaganya negeri ini negeri Makkah dan seperti terjaganya hari ini hari Arafah. Nabi SAW mengingatkan perkara yang berkaitan dengan darah, harta dan kehormatan, agar kita sebagai kaum muslimin menyadarinya dan tidak melanggarnya.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Keutamaan kedua, Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah memuji 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah sebagai sebaik-baik hari di dunia ini, dan amal saleh yang dikerjakan di dalamnya dapat mengalahkan pahala jihad fi sabilillah, kecuali jika orang yang berjihad kemudian mati syahid, maka syahidlah yang lebih utama. Dan keutamaan ketiga, bahwa disepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah terkumpul berbagai ibadah yang sangat agung seperti, haji, puasa, qurban, dan shalat Idul Adha sebagaimana yang kita lakukan di pagi hari ini. Terkumpulnya berbagai ibadah ini tidak terdapat di bulan-bulan yang lain, untuk itu mari kita pergunakan nikmat dan kasih sayang Allah ini untuk senantiasa meniti jalan takwa hingga ajal kita datang.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Setiap kali datang hari raya Idul Adha, kita selalu teringat kepada dua sosok hamba Allah yang sangat istimewa sebagai uswah hasanah (teladan yang baik) bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Kedua manusia teladan itu adalah Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS. Meneladani Rasulullah SAW merupakan niscaya (keharusan) bagi semua umat manusia, karena beliau sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT. Kenapa kita memilih Nabi Ibrahim AS? Berikut status keteladanan Nabi Ibrahim AS dapat kita lihat dari firman Allah SWT.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ…

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…QS. Al-Mumtahanah: 4).

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ.

“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. (QS. Al-Mumtahanan: 6).

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Pada khutbah ‘Ied kali ini, khatib akan menyampaikan 3 (tiga) Keteladanan Nabi Ibrahim AS untuk bersama-sama kita hayati, resapi, dan ambil pelajaran di dalamnya.

  1. Nabi Ibrahim AS sebagai Abu Al-Anbiya’

Terlahir dari seorang ayah (Azar nama ayahnya) yang berprofesi sebagai pembuat patung untuk dijual dan disembah, lantas tidak membuat Nabi Ibrahim larut dalam keadaanya. Nabi Ibrahim AS selalu berfikir kristis hingga akhirnya beliau menemukan Tuhan sejati rabbul ‘alamin, yakni Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS setiap saat selalu berdoa agar dikaruniani keturunan yang shalih, رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (Q.S. Ash-Shaft: 100), maka Allah pun kabulkan doanya, kemudian lahirlah putra-putra beliau. Dari Nabi Ismail AS lahirlah nantinya Nabi Muhammad SAW dan dari Nabi Ishaq AS lahirlah Nabi-Nabi dari kalangan Bani Israil. Dengan demikian, Allah memilihnya sebagai kesempurnaan keluarga, hal dapat kita lihat dari firman Allah SWT.

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ.

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali Imran: 33).

Ayat di atas menjelaskan empat sosok ayah, sebagai suami teladan. Nabi Ibrahim AS dan Imran dengan kesempurnaan keluarga, sedangkan Nabi Adam dan Nabi Nuh keduanya adalah sosok ayah yang luar biasa.

Seseorang pasti menghadapi ujian seperti empat sosok ayah di atas, maka berjuanglah seperti mereka, jangan sampai berputus asa, karena kita memiliki tanggungjawab yang besar, maka bersabarlah dalam mendidik keluarga, peserta didik kita dan berdoalah yang terbaik untuk mereka.

  • Nabi Ibrahim AS termasuk Ulul Azmi dan Khalilullah

Allah SWT menjadikan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhmmaad SAW sebagai ulul azmi, karena kelima Nabi tersebut memiliki ketabahan, kesabaran dan keteguhan hati yang luar biasa, bahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad dijadikan sebagai Khalilullah (kekasih/kesayangan Allah) karena telah memenuhi apa yang diperintahkan secara total dan teguh dengan ketaatan yang luar biasa.

Bertubi-bertubiAllah SWT menguji dengan ujian berat akan tetapi beliau tetap mantap dan bersabar, dimulai ujian itu datang dari ayahnya, ketika Nabi Ibrahim terus-menerus menasehati ayahnya dengan mengikatkannya agar ayahnya jangan menyembah patung (syetan), justru yang didapatkan Nabi Ibrahim adalah diusir oleh ayahnya sendiri, hal ini tergambar dalam firman Allah al-Qur’an surah Maryam: 42-45.

 Selanjutnya Nabi Ibrahim diuji dengan kedurhakaan Raja Namrud dan kaumnya, puncaknya beliau dilempar dan dibakar di api, hal ini sebagaimana tergambar dalam firman Allah al-Qur’an surah Al-Anbiya’: 51-70. Setelah peristiwa tersebut, beliau berhijrah ke Palestina.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

 Ujian itu berlanjut dengan diperintahkan Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan istri dan putranya di padang yang tandus dan gersang. Perhatikan ketika Hajar beserta putranya yang masih balita ditinggalkan oleh beliau di lembah Makkah yang tak bertuan, tidak ada air, dalam kondisi gersang, tidak ada pepohonan. Disebutkan dalam riwayat Imam Bukhari: Ketika Ibrahim bangkit dan beranjak pergi, kemudian Hajar mengikuti sambil bertanya, “Wahai Ibrahim, kemana engkau akan pergi dan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada apa-apa? Hajar mengatakan itu berkali-kali, namun Ibrahim tidak menoleh ke belakang kepadanya. Maka Hajar berkata kepada beliau, “Apakah Allah yang memerintahkanmu dengan ini? Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Hajar berkata, “Jika demikian maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami (di sini), Hajar pun kembali dan nabiyullah Ibrahim meneruskan langkahnya.

Sungguh luar biasa jawaban Hajar sebagai potret wanita shalehah dengan mengatakan, jika yang memerintahkan engkau adalah Allah, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini. Sebuah keyakinan (akidah) yang menghujam tajam di dalam hati.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Belum berhenti sampai di situ saja, ketika putranya Ismail mulai beranjak dewasa tumbuh mekar menebar pesona. Usia yang dinanti-nanti orangtua. Sekian lama beliau tidak dikarunia anak dan terus berdoa:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ.

“Wahai Tuhanku karuniakanlah kepadaku keturunan-keturunan yang shaleh” (QS. Ash-Shafat: 100).

Setelah dikarunia anak Allah SWT menguji lagi kecintaan Ibrahim AS dengan bermimpi menyembelih anaknya. Luar biasa ujian ketaatan dan kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT, sehingga Allah nyatakan:

 إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ.

“Sungguh ini adalah merupakan ujian yang nyata (berat)” (QS. Ash-Shafat: 106).

Karena mimpi seorang Nabi adalah benar dan wahyu, maka beliau dengan tidak ragu melaksanakannya dengan keyakinan Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Ismail remaja pun menguatkan hati sang ayah dengan mengatakan:

 قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.

“Dia (Isma’il) berkata, Wahai bapakku kerjakan apa yang diperintahkan (kepadamu), niscaya engkau akan mendapatiku dengan izin Allah termasuk orang-orang yang bersabar” (QS. Ash-Shafat: 102).

Sabar adalah ibadah yang pahalanya tanpa batas. Jika ibadah lain sudah ditetapkan pahalanya mulai dari membaca al-Qur’an, shalat, hingga mengantar jenazah saudara sampai ke kuburan, maka pahala sabar tidak dijelaskan, bisa lebih besar dari semua itu hingga tanpa batas. Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

“Hanya orang-orang yang bersabar yang dilipat gandakan pahalanya tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10).

Kemudian ketika akan menyembelih anaknya, Ibrahim AS menghadapkan wajah anaknya ke bawah agar tidak melihatnya, dan tidak timbul kebimbangan. Maka Allah ganti Ismail dengan seekor domba yang besar.

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.

“Dan kami menggantinya (Ismail) dengan seekor domba yang besar” (QS. Ash-Shafat: 107).

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Allah SWT menguji kesabaran dan ketabahan tersebut karena beliau seorang Nabi, dan manusia yang paling berat ujiannya adalah seorang Nabi.

أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ (وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ) دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ.

“Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseorang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.” (HR. At-Tirmidzi).

Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail, hal ini menjelaskan kepada siapa saja bahwa tidak ada sesuatu yang mahal untuk dikorbankan kalau panggilan Ilahi telah datang. Ini merupakan bukti dan cerminan adanya iman yang sejati dalam jiwa seseorang, hal ini bukan berarti Nabi Ibrahim tidak cinta kepada keluarga, anak, dan istri beliau, sama sekali tidak. Nabiyullah Ibrahim cinta kepada anak dan istrnya, akan tetapi rasa cintanya kepada Allah jauh lebih besar daripada kepada anak dan istrinya. Allah SWT harus selalu berada di atas segala-galanya, hal ini sebagaimana firman Allah:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ.

 “Katakanlah: ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu khawatirkan merugi, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah, dan rasul-Nya, serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS. at-Taubah: 24).

Jika kita merasa ujian kehidupan yang kita alami sangat berat, maka ketahuilah sesungguhnya ujian yang kita dapatkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ujian yang diterima nabi Ibrahim AS.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Tidak salah rasanya jika Allah SWT memberikan gelar kepada beliau dengan gelar Khalilullah (kekasih/kesayangan Allah).

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kesayangan.” (QS. an-Nisa: 125).

Gelar khalil (kekasih atau kesayangan) adalah merupakan gelar yang paling tinggi yang diberikan kepada orang yang istimewa di sisi Allah SWT. Gelar yang merupakan puncak dari gelar kecintaan yang diberikan Allah terhadap makhluk-Nya melebihi gelar Habibullah (orang dicintai Allah), Raqibullah (orang yang dekat dengan Allah)dan lain sebagainya. Gelar Khalilullah juga diberikan Allah SWT kepada Rasulullah Saw. Rasulullah Sawtelah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا.

“Sesungguhnya Allah telah menjadikan Aku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia (Allah) menjadikan Ibrahim sebagai kekasihnya” (HR. Muslim).

Allah SWT menjadikan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW sebagai khalilullah, karena ketulusan dan keteguhan hatinya dalam mengabdi kepadaNya.

  • Terkumpul pada diri Nabi Ibrahim AS sifat-sifat yang mulia, di antaranya:

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ.

  1. أُمَّةً  (Seseorang yang terkumpul segala kebaikan, maksudnya imam yang dapat dijadikan teladan, berbicara sedeqah beliau yang paling dermawan, berbicara tentang shalat, beliau yang rajin shalat. QS. An-Nahl: 120)
  2. قَانِتًا  (Seseorang yang patuh di atas ketaatan. QS. An-Nahl: 120)
  3. حَنِيفًا  (Lurus bebas dari mensekutukan Allah. QS. An-Nahl: 120)
  4. إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ (Nabi Ibrahim pribadi yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah/berdzikir dan bertaubat. QS. Hud: 75).
  5. سَخَا/سَخِيٌّ (Dermawan/murah hati) Hal ini tergambarkan dalam firman Allah al-Qur’an surah Hud: 69-70.

 كَانَ أَوَّلَ مَنْ ضَيَّفَ الضَيْفَ اِبْرَاهِيْمُ .

“Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali menjamu tamunya.” (HR. Bukhari Muslim).

  • شُجَاعٌ (Pemberani). Beliau memiliki sifat pemberani, karena  berdakwah di lingkungan keluarga (Q.S. Maryam: 42-45), kawan-kawannya para penyembah benda langit (Q.S. Al-An’am: 76-79), umatnya para penyembah berhala dan puncaknya berdajwah kepada Raja Namrud sang penguasa (QS. Al-Anbiya’: 51-70) dan inilah puncak dari dakwah beliau.

 أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر.

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang berbahagia

Demikianlah uraian secara ringkas potret perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS yang penuh dengan ibrah. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah hidup beliau untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Akhirnya marilah kita berdo’a kepada Allah dengan sikap yang khusuk penuh ketawadukan, merendahkan diri di  hadapan Allah SWT, dengan harapan semoga Allah SWT berkenan mengabulkan doa kita, khususnya memberi ketabahan, keistiqamahan, kemantapan iman dan Islam dan kemampuan untuk meneladani Nabi Ibrahim AS.

DOA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ           وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّـنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَي نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ الطَّاهِرِ الزَّكِيِّ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ. وَأَصْحَابِهِ الْمُتَّـقِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالُمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، وَيَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْـنَ.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِـبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلاَمَـةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ.

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَنُسُكَنَا، وَصَالـِحَ أَعْمَالـِـنَا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

اَللَّهُمَّ يا مُقَلبَ القُلوبِ ثَبتْ قُلوبنا على دِيْنِك ويا مُصَرِّفَ القلوب صَرِّفْ قُلوبنا على طاعَتِكَ.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ .رَبـَّنــا آتــِـنـَا في الدُّنــْيَا حَسَنَةً وفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنــَا عَذَابَ النّــَارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِـزَّةِ عَمَّا يَصِـفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِـيْنَ،  وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button