Khutbah Idul Adha : Kesolehan Paripurna Dari Ibrahim A.S
Oleh: Muhammad Isa Anshory, M.Ag. (Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah)
Hadirin, jama’ah sholat Iedul Adha yang dimuliakan oleh Allah SWT
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu memperbanyak amal-amal sholeh terutama pada awal bulan dzulhijjah yang mana Allah muliakan hari-hari tersebut di atas hari-hari yang lain. Dan sebentar lagi kita akan melakukan ibadah qurban yang merupakan ibadah terbaik di hari-hari penyembelihan dengan niat untuk taqarub dan pembuktian taqwa kita kepada Allah SWT.
Allahu akbar… Allahu akbar… Wa lillahilhamd.
Hadirin, jama’ah sholat Iedul Adha yang dimuliakan oleh Allah SWT.
اْلحَمْدُ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لاَ إلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ هَذَا الرَّسُوْلِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.. و اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتن الاّ وأنتم مسلمون
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُ، اَللهُ اَكْبَرُ ، اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ.
Peristiwa idul adha tidak terlepas dari sosok Nabi yang sempurna dengan ketauladanan. Ialah Nabi Ibrahim a.sAllah menyebutkan dalam al-Quran :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ
Artinya : “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.”
Kisah tentang sosok Ibrahim a.s yang menempati posisi ketiga dari kisah para Nabi-nabi yang banyak Allah kisahkan dalam Al-Quran. Itu tidak lain karena beliau merupakan nabi yang istimewa. Bahkan Nabi Muhammad SAW memuji Nabi Ibrahim dengan Khairul Bariyyah (sebaik-baik makhluk), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
وعن أنس قال : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال : يا خير البرية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” ذاك إبراهيم ” . رواه مسلم
Artinya: “Dari anas bin Malik berkata, telah datang sesorang kepada Nabi SAW seraya mengatakan, “Wahai sebaik-baik makhluk”. Maka rasulullah SAW pun menimpalinya dengan mengatakan, “(sebutan tersebut) itu adalah Nabi Ibrahim a.s.
Allahu akbar… Allahu akbar… Wa lillahilhamd.
Hadirin, jama’ah sholat Iedul Adha yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Berkenaan tentang meneladani kisah Nabi Ibrahim a.s, Ada tiga hal yang bisa ambil dari sosok beliau
KESHOLEHAN INDIVIDUAL
Bahwa tidak ada tempat meminta dan berharap kecuali kepada Allah. Gantungkan semua urusan kepada Allah SWT. Jangan gantungkan urusan kepada manusia, karena teman sekarang bisa jadi musuh di masa yang akan datang. Dan jangan gantungkan kepada benda karena ia akan binasa. Dan jangan pula mengantungkan pada kemampuan, karena ia terbatas dan fatamorgana. Begitulah yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim a.s, apapun masalah yang menimpa, gantungkan dan sandarkan kepada Allah. Walaupun kelihatanya kita mampu untuk mengatasinya, selalu kaitkan dan libatkan Allah dalam segala hal.
Kita bisa melihat potret tersebut pada beberapa peristiwa dari kisah beliau. Pada saat posisi kematian ada di pelupuk mata, lantaran Nabi Ibrahim dikepung oleh kobaran api yang sangat besar, lisan Nabi Ibrahim tidak berhenti menyebut nama Allah dengan doa yang kita kenal Hasbunallahu wa ni’mal wakil ni’mal wa ni’man nashir. Maka dengan izin dari-Nya, api yang harusnya panas menjadi dingin. Allah abadikan kisah ini pada firman-Nya :
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Artinya : Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!”
Ada satu riwayat yang menarik yang menyebutkan bahwa saat Nabi Ibrahim dibakar, maka datanglah malaikat menawarkan bantuan keselamatan kepadanya. Dengan tegas Nabi Ibrahim menolak tawaran tersebut lalu berkata, “amma ilaka falla, amma ilalallah fa na’am” (kalau pertolongan itu datang dari kamu -malaikat- maka saya tidak butuh, tetapi kalau pertolongan itu datangnya dari Allah, maka saya membutuhkannya). Lihat bagaimana kekuatan tawakkal paripurna Nabi Ibrahim kepada Allah, di posisi beliau yang sedang terjepit, tidak merubah standar tawakkal beliau kepada Allah. Baginya Allah selalu di atas segalanya. Allahu Akbar
Sekrang amati dan cermati pada diri kita. Ujian pasti datang kepada setiap manusia dengan model yang beragam. Namun hal yang pasti, sandaran tidak boleh berubah, hanya kepada Allah sahaja. Jika anda diuji dengan kepintaran dan kekayaan, pahamilah bahwa kepintaran dan kekayaan itu adalah pemberian dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya, Allah hendak menguji rasa syukur kepada-Nya maka optimalkan dan gunakan selalu untuk taat kepada Allah SWT. Sebaliknya jika diuji dengan kekurangan, maka pahamilah Allah ingin menguji ruang kesabaran. Yakinlah, sabarlah dan pahamilah Allah sudah siapkan pahala yang besar bagi orang yang sabar.
Allahu akbar… Allahu akbar… Wa lillahilhamd.
Hadirin, jama’ah sholat Iedul Adha yang dimuliakan oleh Allah SWT.
KESHOLEHAN KELUARGA
Keluarga kalau ingin menjadi baik, harus diawali dengan kepala keluarga. Ibrahim a.s mengawalinya terlebih dahulu sebelum diterapkan kepada keluarga. Kita lihat bagaimana tingginya ketaatan beliau kepada Allah SWT, dari hal yang kecil sampai perkara yang besar. Karena itulah Allah memberikan gelar kepada Nabi Ibrahim dengan “Qonitan Lillah”, artinya orang yang selalu taaat kepada Allah dan tidak terputus-putus.
ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menaruh istri dan anaknya ditempat yang sama sekali tiada penghidupan. Jangankan manusia, bahkan tumbuhan pun tidak sudi untuk bersemayam di tempat tersebut. Lihat bagaimana sikap Nabi Ibrahim dengan kondisi yang sangat gersang lagi panas itu, tidak keluar satu kata keluhan atau komentar dari lisannya. Yang ada dalam benaknya, melaksanakan perintah Allah dengan totalitas, walaupun sebagai manusia pasti berat meninggalkan istri dan anaknya di tempat tersebut. Berbekal husnudhon yang paripurna, beliaupun panjatkan doa kepada Allah SWT yang diabadikan dalam QS. Ibrahim : 37
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37)
Artinya : Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Potret-potret keseholehan dan ketaaatan pada sosok Ibrahim yang akhirnya mengalir dan mengefect kuat pada anggota keluarganya. Bukti kuat akan hal tersebut, kita bisa melihat Siti Hajar yang tidak baper, sedih ataupun menangis lantaran ditinggal oleh suaminya di tempat yang tidak ada siapapun dan apapun. Sama dengan ibunya, Ismail yang hanya sesekali bertemu dengan ayahnya, langsung bisa merasakan aura ketaatan pada ayahnya. Ketika Ismail beranjak dewasa, maka ketika ada perintah dari Allah untuk menyembelih dirinya, ekpresi wajah tanpa ada ketakutan dan keraguan terpancar dari diri Ismail seraya berkata ayahnya :
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya : Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”
Maka melalui mimbar ini saya mengajak kepada bapak-bapak khususnya, agar keluarga anda menjadi sholeh, maka pesan saya sholehkan diri anda, ikutlah pengajian-pengajian untuk menambah ilmu. Tidak cukup membina keluarga dengan modal warisan kebiasaan keluarga, tetapi harus disertai ilmu agama yang baik. Karena fakta di lapangan, kita amati masih sedikit bapak-bapak yang ikut pengajian, seringnya didominasi oleh kalangan ibu-ibu. Padahal seharusnya kewajiban untuk meningkatkan ilmu ditujukan kepada para bapak. Makna tersirat dari QS. At-Tahrim : 6, Jagalahh diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, menunjukkan bahwa peningkatan kesholehan agar terhindar dari api neraka itu hadirnya dari kepala keluarga kemudian baru diterapkan kepada keluarganya.
Allahu akbar… Allahu akbar… Wa lillahilhamd.
Hadirin, jama’ah sholat Iedul Adha yang dimuliakan oleh Allah SWT.
KESHOLEHAN SOSIAL
Ada gelar lain yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim selain khalilurrohman (kekasihnya Ar-Rohman) yakni abu Ad-Adhaifan (bapak para tamu) yang memberikan kesan ramah dan pelindung para tamu. Gelar itu disematkan kepada Nabi Ibrahim lantaran beliau suka memberikan jamuan kepada orang yang lewat di depan rumahnya.
Ada sebuah riwayat yang cukup panjang, berkisah tentang kedermawanan Nabi Ibrahim. Suatu saat, terjadi paceklik, masyarakat merasa kekurangan makanan. Akhirnya Nabi Ibrahim mengutus beberapa orang ke Mesir untuk menemui temannya yang biasa membantu Nabi Ibrahim mendapatkan makanan. Namun diluar dugaan ternyata mesir juga terjadi paceklik, akhirnya utusan tersebut pulang tanpa hasil. Malu pulang tanpa membawa apapun, mereka mengisi karung-karung yang mereka bawa dengan kerikil-kerikil, dan dibawakannya itu kepada Nabi Ibrahim sambil menceritakan apa yang terjadi.
Ibrahim sedih mendengarnya. Sesuatu yang tidak terduga terjadi, karung yang isinya kerikil dengan izin Allah berubah menjadi tepung berkualitas tinggi. Siti sarah pun membagikan tepung tersebut kepada masyarakat. Ketika mengetahui hal tersbut, dengan wajah keheranan Nabi Ibrahim bertanya kepada istrinya, “darimana engkau dapatkan tepung wahai istriku.” Sang istri menjawab, “bukankan ini dari teman anda yang datang dari Mesir.” Nabi Ibrahim menjawab, “bukan (dari temanku), tapi ini dari Khalili yakni Allah SWT. Allahu Akbar
Kalau kita kaitkan peristiwa kedermawanan Nabi Ibrahim pada konteks kekinian dalam hal ibadah qurban, jelas ibadah qurban merupakan ibadah social yang sangat erat kaitannya membantu ketahanan pangan dan peduli sesama. Jika idul Fitri bentuk sosialnya dengan membayar zakat fitrah, maka Idul Adha bentuk sosialnya dengan membagi-bagikan hewan qurban kepada yang berhak menerimanya.
Mari, pada momentum idul adha ini kita menjadikan masyarakat yang kurang mampu agar bisa menikmati daging kurban yang bisa jadi mereka bisa makan daging hanya setahun sekali. Oleh karen itu, bagi yang kelonggaran harta, mari berkurban. Semakin banyak yang berkurban semakin banyak saudara-saudara kita yang kita bantu ekonominya.
Mungkin sedikit yang bisa saya sampaikan, harapannya kita bisa meniru, menapaktilasi perilaku bapak kita, Nabi Ibrahim a.s, Selanjutnya kita akhiri dengan doa.
الحمد لله رب العالمين اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على ابراهيم وعلى آل ابراهيم انك حميد مجيد
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتْ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. ربنا ظلمنا انفسنا وان لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين ولذكر الله اكبر