Artikel

Kurban Seekor Kambing Buat Satu Keluarga Atau Satu Orang?

Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag (Ketua Majelis Tabligh PWM Jateng)

Umumnya masyarakat muslim di sekitar kita menganggap berkurban 1 ekor kambing hanya bisa mencukupi satu orang, 1 sapi atau unta mencukupi 7 orang. Hal ini tentu tidak salah dan tidak perlu disalahkan. Pendapat ini lazim dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah, Ibnu al-Mubarak, Sufyan Tsauri dan ulama ahl-Rakyi pada umumnya. Namun demikian, jumhur ulama terdiri dari Imam Malik, al-Laits, al-Auza’i, asy-Syafi’i, Ishaq dan Ahmad serta Abu Tsaur membolehkan berkurban 1 ekor kambing untuk dirinya dan keluarganya ( lihat Ibnu al-Mundzir: al-Isyraf ‘ala Madzahib al-‘Ulama: III : 406, Ibnu Qudamah : al-Mughni : XXI : 455)

Pendapat yang membolehkan seekor kambing bisa untuk satu keluarga juga dikemukakan oleh Ibnu al-Qayyim dalam Zad al-Ma’ad, asy-Syaukani dalam Nail al-Authar, Muhammad ash-Shan’ani dalam Subul as-Salam, Ibnu al-Mundzir dalam al-Isyraf, serta Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunnah.

Dalam Fiqh as-Sunnah, as-Sayyid Sabiq menulis :

كفاية أضحية واحدة عن البيت الواحد:

إذا ضحى الانسان بشاة من الضأن أو المعز أجزأت عنه وعن أهل بيته. )فقه السنة (3/ 323)

Satu keluarga cukup berkurban dengan satu ekor:

Jika seseorang berkurban dengan seekor kambing baik domba maupun kambing kacang (dha’n atau ma’azz), maka hal ini sudah mencukupi untuk dirinya dan keluarganya.

Imam asy-Syaukani juga mengunggulkan pendapat tersebut bahwa yang benar, satu ekor kambing mencukupi buat satu keluarga walaupun jumlah anggotanya mencapai 100 atau lebih sebagaimana dijelaskan dalam as-sunnah.

والحق أنها تجزئ عن أهل البيت وإن كانوا مائة نفس أو أكثر كما قضت بذلك السنة )نيل الأوطار من أحاديث سيد الأخيار شرح منتقى الأخبار (5/ 182)

Pensyarah Sunan Abu Dawud dalam ‘Aun al-Ma’bud juga menegaskan :

قُلْت الْمَذْهَب الْحَقّ هُوَ أَنَّ الشَّاة تُجْزِئ عَنْ أَهْل الْبَيْت لِأَنَّ الصَّحَابَة كَانُوا يَفْعَلُونَ ذَلِكَ فِي عَهْد رَسُول اللَّه . )عون المعبود شرح سنن أبي داود (مراجع) (8/ 3)

Aku (Muhammad Syamsul Haq Azhim Abadi) katakan: “Pendapat yang benar adalah seekor kambing cukup untuk satu keluarga, karena para sahabat melakukan seperti itu pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Penulis Syarah Sunan an-Nasa`i bernama Dzakhiratul ‘uqba bahkan menginformasikan, bahwa jumhur ulama membolehkan seseorang berkurban baik seekor kambing, sapi atau unta diatasnamakan dirinya dan keluarganya. Di antara sahabat yang mengikuti pandangan ini diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah( Dzakhiratul ‘uqba : XXXIII: 324)

Seperti itu pula yang dijelaskan oleh Ash Shan’ani dalam kitab Subulus Salam. Beliau mengatakan: “Sabda Nabi ‘dan keluarga Muhammad’ dalam lafazh lain ‘dari Muhammad dan keluarga Muhammad’, menunjukkan bahwa dibolehkan penyembelihan qurban dari seorang kepala keluarga untuk keluarganya dan menyertakan mereka dalam pahalanya.”

Adapun hadis yang dijadikan sandaran pendapat yang membolehkan satu kambing buat satu keluarga adalah sebagai berikut :

عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ ، قَالَ : سَأَلْتُ أَبَا أَيُّوبَ الأَنْصَارِيَّ : كَيْفَ كَانَتِ الضَّحَايَا فِيكُمْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ؟ قَالَ:كَانَ الرَّجُلُ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، يُضَحِّي بِالشَّاةِ عَنْهُ ، وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ ، فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ ، ثُمَّ تَبَاهَى النَّاسُ ، فَصَارَ كَمَا تَرَى. حديث صحيح: أخرجه الترمذي (1505)، وابن ماجه (3147)، والبيهقي (9/ 268)

Artinya: “Saya bertanya kepada Abu Ayyub al-Anshari: Bagaimana kamu berqurban pada masa Rasulullah saw? Ia berkata: Bahwa seseorang pada masa Rasulullah saw berqurban dengan menyembelih kambing bagi dirinya dan anggota keluarganya, kemudian mereka makan dan membagikannya kepada orang lain sehingga mereka saling membanggakan diri. Maka jadilah hal itu sebagaimana yang kamu lihat.” [HR. Ibnu Majah, at-Tirmidzi, al-Baihaqi dari Atha’ Ibn Yasar, disahihkan al-Albani dalam al-Irwa`].

Hadis senada juga diriwayatkan Imam Malik dalam al-Muwatha`nya.

كُنَّا نُضَحِّي بِالشَّاةِ الْوَاحِدَةِ، يَذْبَحُهَا الرَّجُلُ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، ثُمَّ تَبَاهَى النَّاسُ بَعْدُ، فَصَارَتْ مُبَاهَاةً

 “Sesungguhnya Abu Ayyub al-Anshari berkata, Kami dahulu berqurban dengan satu kambing, disembelih seseorang untuk dirinya dan keluarganya, kemudian manusia setelahnya saling membanggakan diri maka menjadi ajang saling membanggakan. (HR Imam Malik bin Anas).

Riwayat di atas sejalan dengan perbuatan Nabi SAW yang menyembelih seekor domba dengan menyebut nama beliau sendiri dan  keluarganya dan bahkan umatnya, sebagaimana tergambar dalam hadis ini.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ فَقَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الْمُدْيَةَ ثُمَّ قَالَ اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ [رواه مسلم].

Dari ‘Aisyah, (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw pernah menyuruh untuk diambilkan seekor domba bertanduk yang di kakinya ada warna hitam, perutnya terdapat belang hitam, dan di kedua matanya terdapat belang hitam. Kemudian domba tersebut diserahkan kepada beliau untuk dikurbankan, lalu beliau bersabda kepada ‘Aisyah: Wahai ‘Aisyah, bawalah pisau kemari. Kemudian beliau bersabda: Asahlah pisau ini dengan batu. Lantas ‘Aisyah melakukan apa yang diperintahkan beliau, setelah diasah, beliau mengambilnya dan mengambil domba tersebut dan membaringkannya lalu beliau menyembelihnya. Kemudian beliau mengucapkan: Dengan nama Allah, ya Allah, terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan umat Muhammad. Kemudian beliau berkurban dengannya (H.R. Muslim)

Dengan Nabi berkurban untuk keluarganya, maka tidak ditemukan riwayat bahwa istri-istri Nabi berkurban sendiri atas nama dirinya. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh imam al-Qurtthubi. Sebagaimana dikutip Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari, Al Qurthubi berkata,: “Tidak ada dinukil bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan setiap isterinya untuk menyembelih qurban masing-masing, padahal pelaksanaan qurban terus berulang setiap tahun dan isteri Nabi juga banyak. Biasanya perkara semacam ini pasti telah dinukil, kalau memang benar-benar terjadi sebagaimana dinukilnya banyak perkara-perkara juz’iyyat lainnya.

Jadi contoh Nabi yang berkurban satu ekor kambing dengan menyebut dirinya, keluarganya bisa ditiru umatnya, sedang mengatasnamakan untuk umatnya adalah khususiyah bagi Nabi yang tidak bisa diterapkan umatnya. Maka di zaman sahabat, para sahabat hanya meniru dengan menyertakan diri dan keluarganya sedang umat tidak disebut-sebut. Demikian inti penjelasan al-Mubarakfuri dalam Tuhfadz al-Ahwadzi.

Sampai sejauh mana keluarga bisa dicover dengan satu kambing? Batasan yang mungkin lebih tepat adalah batasan yang diberikan ulama Mazhab Maliki. Sekelompok orang bisa tercakup ahlul bait (keluarga) kurban, jika memnuhi tiga syarat: tinggal Bersama dalam satu atap, terdapat hubungan kekerabatan, dan tanggungan nafkah mereka ditanggung oleh kepala keluarga yang sama.

Di samping banyak ulama yang membolehkan 1 ekor kambing buat satu keluarga, juga ditemukan ulama yang melarangnya. Yang tidak membenarkan 1 kambing untuk satu keluarga dimotori oleh Sufyan ats-Tsauri, Abdullah bin al-Mubarak, Imam Abu Hanifah dan ashab ar-rakyi.

Di kalangan Syafi’iyyah berkembang penjelasan, bahwa satu kambing hanya sah untuk satu orang. Namun jika kurban 1 ekor kambing itu dengan mengikutkan keluarga atau selainnya dalam hal mendapatkan pahala maka hal itu diperbolehkan.


تجزئ الشاة عن واحد ولا تجزئ عن أكثر من واحد لكن إذا ضحى بها واحد من أهل البيت تأدى الشعار في حق جميعهم وتكون التضحية في حقهم سنة كفاية وقد سبقت المسألة في أول الباب

Artinya, “Seekor kambing kurban memadai untuk satu orang, dan tidak memadai untuk lebih dari satu orang. Tetapi kalau salah seorang dari anggota keluarga berkurban dengan satu ekor, maka memadailah syiar Islam di keluarga tersebut. Ibadah kurban dalam sebuah keluarga itu sunah kifayah. Masalah ini sudah dibahas di awal bab,” (An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab: VIII : 397).

Sebagai penutup, perlu diingat bahwa pernah Nabi berpesan saat wukuf di Arafah :

إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةً

sesungguhnya wajib atas setiap keluarga untuk berkurban setiap tahunnya, ( Hr Ibnu Majah, dihasankan oleh al-Albani)

Hadis di atas oleh as-Sindi dalam Hasyiyah Ibnu Majah dikomentari sebagi berikut :

قوله : ((إن على كل أهل بيت)) مقتضاه أن الأضحية الواحدة تكفي عن تمام أهل البيت

Tuntutan untuk berkurban tiap tahun bagi setiap keluarga cukup dengan menyembelih seekor saja sudah mencukupi untuk seluruh anggota keluarga.

Dengan demikian, cukup kuat pendapat ulama yang membolehkan/mencukupkan satu ekor kambing, sapi, unta untuk satu keluarga berapapun jumlah anggota keluarganya, dan jadlah kurban itu sebagai sunnah kifayah. Walaupun kita juga tidak perlu menyalahkan pendapat lain yang berbeda. Wallahu a’lam.

Batang, 7 Dzulhijjah 1444 H/ 25 Juni 2023

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button